Â
Berebut Jadi Wapres Jokowi Dari Muhaimin, Mahpud, Puan  Sampai AHY
 Sampai saat ini belum ada capres baru yang mempunyai nyali untuk menyalonkan diri, Prabowo masih risau, sudah barang tentu kegagalan dua kali dalam pemilihan cawapres dan capres menjadi hitungan-hitungan tersendiri.
Tidak cukup hanya nyali, duit juga menjadi paktor sangat penting bagi Capres dan Cawapres, butuh dana 500m sampai 1 triliun mungkin lebih untuk mengerakkan tim sukses , iklan ofline dan online belum biaya untuk relawan.
Para pengusaha dengan kondisi survey yang terus menggungulkan Jokowi mempunyai hitung-hitungan tersendiri untuk berpihak kepada Prabowo yang nilai jualnya semakin rendah dimata pemilih.
Ada baiknya Prabowo memunculkan tokoh baru untuk capres dan cawapres, biarlah dia pemain dibelakang layar seperi Megawati, SBY , Amin Rais. Â
Justru yang heboh adalah menarik hati Jokowi siapa yang akan dia pinang, beberapa kader partai PDIP sudah melemparkan wacana untuk Puan Maharani, Ratu PDIP, walau minim prestasi tapi mempunyai nilai jual sebagai Cucu Soekarno dan Megawati.
Walau kader PDIP sangat antusias tetapi Jokowi harus berhitung ulang, jangan sampai dipilihnya puan menjadi bumerang dan batu sandungan buat Jokowi, karena salah-salah bisa membuat kelompok lawan bersatu untuk mengagalkan Jokowi.
Jangan angap remeh dan besar kepala, karena situasinya berbeda pada saat priode ke dua Pak SBY yang memilih Boediono, kondisi sekarang kondisi bangsa sedang tersekat, terkotak-kotak, sehingga perlu kebijakan dan kenegerawan bagi Jokowi dan PDIP dalam memilih cawapres, jika tidak malah akan menjadi blunder. Â Soal menang masih mungkin, tapi yang dihindari adalah kotak-kotak anak bangsa akan semakin terbelah, bukan merajut tapi malah membuka luka yang belum sembuh.
Sementara Muhaimin Iskandar Ketum PKB, terlalu meminta dan berharap, ini diluar kebiasaan politik Jawa , Â sehingga sikap ambisius muhaimin ini akan menjadi kesulitan tersendiri bagi PDIP Â jangka panjang, karena sikap ambisius ini bisa diibaratkan seperti "memelihara anak macan", dan ini disadari oleh para petinggi PDIP.
Tradisi PKB yang tidak bisa jauh dari kekuasaan dan cenderung mengikuti arah pemenang sejak ditinggal Gusdur, membuat posisi tawar cak Imin sangat rendah.