Akhirulkalam, saat perhelatan sayat-rogoh-potong-obras itu mencapai durasi 2 jam 12 menit, lakon pun usailah sudah. Luka Simbah telah terjahit rapi. Ia memang tak lengkap menyaksikan semua prosesi akibat interupsi pencemaran biosfer tadi. Namun ia yakin sekali perutnya tak ditanami cip. Ia sumringah. Maka sukmanya pun didaratkannya lagi ke tubuhnya. Perlahan kepala halusnya ia suruk-surukkan ke pangkal paha Mbah-betulan yang tergolek itu. Ia godek-godekkan agar penetrasinya lancar. Begitu kepala masuk, akan mudah bagi batang-tubuhnya melanjutkan.
Sleb! Clebut! Dan masuklah ia; tanpa perdarahan. Raga dan sukmanya kembali berserikat. Senyumnya tersungging manis dan Simbah pun tidur nyenyak bagai bayi dibuai malaikat.