Jadi silakan tak bersetuju pada pernyataan ”Mbah Jumbleng punya ilmu astral gaib” jika Saudara sejak awal tak memercayai keajaiban. Boleh jadi Simbah sebetulnya sedang fly saja. Ruhnya tetap ’ngendon di badan. Cuma otaknya saja yang keracunan halusinogen.
(Oh, nyaman belaka rasanya bisa ngelantur kagak ada juntrungannya, tebar pesona sok intelek. Inilah salah satu kenikmatan ber-Kompasiana)
Kini Simbah mengelilingi ruangan. Berjingkat-jingkat. Salto di udara. Kadang bergaya Gatotkaca kiprah; kadang moonwalking.
Ia nangkring di kaki meja operasi. Diperhatikannya setiap detail yang diterapkan tim bedah ke tubuhnya dengan gairah kepenasaranan. Namun sayang observasi itu dirusak satu peristiwa.
Bokong asisten bedah, tanpa didahului peringatan waspada dari BMKG, sekonyong-konyong meletus dengan durasi 3,14 detik. Suaranya berawal rendah, lalu menanjak tajam menjelang ending. Tuuuw-wiiit. Ini yang namanya kentut kresendo.
Sontoloyo kowe! Perutku wis ngablak begitu! Kalau infeksi, piye!?—Simbah berseru-seru.
Tentu sang asisten tak mendengar apa-apa. Angin dari mulut Simbah pun tidak. Ia dengan cool melanjutkan tugas mengambilkan apa saja yang diminta bosnya—seorang ahli bedah senior, agaknya, jika ditilik dari gaya flamboyan kelelakiannya.
Penjepit pembuluh, Dik. Sang asisten segera mengambilkannya. Sterilizer, Beib. Dia ambilkan. Kabel busi, Hun. Dia ambilkan. Minak Djinggo, Cin. Dia ambilkan pula sekalian koreknya. Bahkan ketika meminta es kelapa pun asisten sregep ini juga memesankannya dengan berteriak kencang sekali dari bibir jendela kepada abang-abang yang mangkal di seberang RS, sampai berasap kerongkongannya.
Eniwey, Simbah kini didera penganiayaan berat.
Yang sengsara bukan Simbah terbedah tetapi Simbah yang gentayangan. Ia yang tadi hang out di meja operasi pun terpaksa menyingkir—demi eksotisme aromaterapi yang berkumandang dari perut turis-kuliner-sambel-pete merangkap asisten bedah.
Oya, maaf, kami harus meluruskan. Simbah tak hanya mengalami halusinasi visual, dhing. Berhubung mendengar bebunyian maka ia harus disebut mengalami halusinasi auditori pula. Ia mengenyam halusinasi visual-auditori. Sayang, agaknya kita sulit menggolongkan halusinasi tipe apa gerangan sebagai rujukan untuk perihal mengendus kentut.