[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Arise"][/caption]
di parasmu selalu ada kampung halaman bagi semua yang tertinggal sendirian dalam diam
malam terulur seluruhnya dalam jaga
sesuatu mirip kangen turut mengurutkan jemalin detik yang ada
tadi hembus dari gunung pun membujuk perdu kebun menarikan lagi lakon canggung untuk penghabisan Mei
guguran, sungguh bukan tiket yang disuwir jadi konfeti:
kita telah kehabisan pementasan
.
kini merkuri hanya remang terkulai
nostalgia bersembahan rata di bawah pendarnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!