Kowe beli hamster putih saja sana. Lalu beli L'oreal pink yang buat ngecat rambut itu. Nanti aku bantu mewarnai bulu hamsternya, pakai sikat gigi bayi. Jangan lupa kowe beli kandang putih sama Pylox pink juga. Pokoke kowe kasih dia hamster pink dalam kandang pink. Oke?
.
Sang Juliet amat puas atas advis tersebut.
Lalu Juliet menyatroni pasar hewan Ngasem sekalian mampir ke toko bahan-bahan bangunan di Jalan Imogiri. Ia antusias sekali atas masukan Simbah. Dua hari kemudian, pada tanggal 14, ia semakin bahagia karena Romeo ternyata menerima kado plinthengan dari tangannya dengan mata berkaca-kaca, begitu syahdu dan terkesan, hingga terucap janji dari bibirnya: Dik, bila kanda mati, kau juga mati lho ya.
.
Begitulah romantisisme pink yang terlanjur merebut tempat dalam alam bawah sadar Mbah Jumbleng. Kadang ia menggathuk-gathukke, menyambung-nyambungkan animonya terhadap warna lenjeh itu dengan kecintaannya pada tanah air. Bendera negaranya merah-putih. Cat merah dioplos cat putih komposisi 1:1, hasilnya persis: merah muda. Ia amat mencintai negerinya. Maka kesukaannya pada warna pink semakin menemukan pijakan ideologis.
Namun peristiwa hamster pink ini ternyata menjadi blunder terbesar dalam hidupnya beberapa saat kemudian. Ketika mendapatkan kembali kewarasannya, Simbah akhirnya menyesal telah membiarkan seekor tikus tak berdosa terpapar pewarna bikinan pabrik yang bermarkas di satu negara makmur yang pernah melakukan ujicoba bom hidrogen, hanya demi merayakan sebuah hari hasil konspirasi antara para republikan ultraliberalis Utara dengan juragan coklat, pabrik kartu Harvest; dan Toys "R" Us.
Selebrasi mbelgedhes. Kalau para santo Valentinus masih hidup hari ini, niscaya mereka sedang memberi makan orang lapar di Haiti dan Somalia, bahkan ikut demo di Libya, pikirnya. Makanya sejak itu Simbah Jumbleng berjanji tak akan pernah tidur siang lagi. Dia pun puasa Senin-Kamis guna menebus rasa berdosanya.
.
.
Baciro, AD MMVII (kecuali paragraf terakhir)