Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Humor

Andry Mangankaleng dan Rahma Shangrila di Studio TV ONE-NG, Mei 2010

28 Februari 2011   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:12 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, tidak. Sudahlah. I'm exercising the right not to talk. Yes I am. Pertanyaan lainnya saja. Silakan."

"Hm, ini masih seputar proses kampanye ya, Pak. Tentang klip iklan pencalonan Anda, yang diputar di internet dan televisi itu, sebenarnya konsepnya bagaimana, Pak? Kok ada anak-anak muda bernyanyi sama-sama sambil melihat ke langit, dan lirik lagunya itu: Aaa...Eeem...Aaa...Eeem.... Apakah maksudnya mereka menunggu si AM itu jatuh dari langit, kayak Mr. Bean, begitu?"

"O, bukan demikian, Mbak. Konsepnya sederhana saja. Saya diberitahu oleh penggarap klipnya tentang satu semboyan dari dunia periklanan, yang bunyinya if you have no idea, just sing it. Saya bilang oke. Terserah. Mau sing it kek, mau singit kek, saya percaya. Ya, jadilah macam begitu, nyanyi-nyanyi. Saya menuntut satu hal, kalau bisa bintang iklannya didatangkan dari beragam kalangan. Jadi ada yang sipit, kulit gelap, jilbaban, atau klimis pakai rompi kaya presenter tipi, yang semuanya nyanyi koor Aaa-eem. Sengaja dibikin rame dengan tema Bhineka Tunggal Ika, Mbak Shangrila, biar kayak iklan Indomie."

"Nah, sekarang apa agenda Anda berikutnya setelah kekalahan ini, Pak Andry, dalam posisi sebagai tokoh politik, dan birokrat-teknokrat?"

"Tetap saja. Saya akan tetap bekerja sebaik-baiknya bagi pemerintahan. Di bidang politik, saya sudah cukup puas dalam posisi sebagai king maker, tanpa harus jadi raja. Justru di situ ada peran yang lebih signifikan. Kalau kata dik Dewi Lestari, biarkan 'malaikat jual tahuuu, akuuu yang jadiii...juu-ragan-nyaaa'. Begitu, Mbak. Lalu berhubung Rezim Beyek ini entah mengapa beriringan melulu dengan bencana-bencana alam skala besar, saya dan kawan-kawan lembaga survei tengah menggagas metode quick count ke dalam proses mitigasi. Jadi kita tidak perlu menunggu lama untuk tahu berapa jumlah korban jiwa yang jatuh dalam suatu bencana alam. Tidak perlu gali-gali dulu, kita bisa langsung tahu. Itu saja, Mbak."

"Luar biasa. Menarik sekali. Sayang, waktu kita hampir habis. Terakhir, Pak, apa ada pesan dan kesan khusus dari Anda bagi pemirsa di Indonesia?"

"Yah, singkat saja. Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, saya ucapkan terima kasih atas dukungan Saudara selama ini bagi saya. Majulah dan terus berkarya merebut masa depan. Namun bagi pihak-pihak yang punya sentimen negatif terhadap saya, terutama para penulis blog-blog tidak-jelas yang gemar mendiskreditkan saya, bikin saya jadi bahan olok-olok, atau memarodikan karakter saya, maka saya ucapkan: Dasar ngehe. Sudah pada jagoan apa, heh?! Saya ini masih muda! Menjabat! Maju sini kalau berani satu-satu! Nge-(sensor). Pu-(sensor). Tai-(sensor).

(Sensoooooooooooooooooooooooooooor)

(sensoooooooooooooooooooooooooooor)

(sensoooooooooooooooooooooooooooor)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun