Ada suatu kurun dalam sejarah ketika rasa bersalah sudah berhenti memberikan inspirasi. Tadinya rasa itu mampu memperbaiki tepa selira terhadap pihak yang terpinggirkan, atau mampu melecut diri agar lebih banyak lagi memberi kebaikan tanpa-syarat sambil menahan birahi kebendaan. Dulunya rasa itu secara komikal bahkan pernah mengobarkan revolusi dan menggulingkan tirani. Namun jaman sudah lain, barangkali. Pada suatu tahap, hari ini kita bisa benar-benar bebas dari rasa dosa sosial dan terus hidup dengan pola konsumsi sama entah sampai kapan. Bila orang-orang miskin baku bunuh di jalanan saban hari demi sekeping koin, itu bukan salah kita. Anggota dewan korupsi gila-gilaan demi gengsi remeh dan status kemakmuran materialistis, juga bukan salah kita. Dalam hati kita melaknat, namun sekaligus bersetuju pada cita-cita konsumeristis mereka. Caranya salah, tapi niatnya sih mulia, kata batin kita. Pada tahap nirdosa tersebut, sepertinya agak lucu dan kurang pantas kalau kita memanggil diri ini masih manusia.
*
*
signed,
-Pendosa-
*
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H