Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dosa Sosial

4 Oktober 2010   14:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada suatu kurun dalam sejarah ketika rasa bersalah sudah berhenti memberikan inspirasi. Tadinya rasa itu mampu memperbaiki tepa selira terhadap pihak yang terpinggirkan, atau mampu melecut diri agar lebih banyak lagi memberi kebaikan tanpa-syarat sambil menahan birahi kebendaan. Dulunya rasa itu secara komikal bahkan pernah mengobarkan revolusi dan menggulingkan tirani. Namun jaman sudah lain, barangkali. Pada suatu tahap, hari ini kita bisa benar-benar bebas dari rasa dosa sosial dan terus hidup dengan pola konsumsi sama entah sampai kapan. Bila orang-orang miskin baku bunuh di jalanan saban hari demi sekeping koin, itu bukan salah kita. Anggota dewan korupsi gila-gilaan demi gengsi remeh dan status kemakmuran materialistis, juga bukan salah kita. Dalam hati kita melaknat, namun sekaligus bersetuju pada cita-cita konsumeristis mereka. Caranya salah, tapi niatnya sih mulia, kata batin kita. Pada tahap nirdosa tersebut, sepertinya agak lucu dan kurang pantas kalau kita memanggil diri ini masih manusia.

*

*

signed,

-Pendosa-

*

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun