Tak terasa waktu pencoblosan berakhir dan dinyatakan tutup oleh ketua tepat pukul 13.00. Dalam rentang waktu sekitar 5 jam itu, dari 207 orang yang terdaftar dalam DPT, 173 dapat hadir. Sisanya yakni 1 orang absen karena pindah dan 33 orang absen tanpa keterangan. Selain dari daftar DPT, ada tambahan dari DPTB sebanyak 17 orang ( 16 hadir, 1 absen), dan 4 orang dari DPK (Daftar Pemilih Khusus). Jadi total pemilih yang hadir 193 orang.
Setelah istirahat untuk sholat duhur dan makan siang, tibalah saat yang ditunggu-tunggu yakni perhitungan suara. Sebagai saksi PKS, yang juga pendukung pasangan AMIN, saya  berharap dan berdoa agar hasilnya positif alias kemenangan bagi AMIN.
Dengan mengucap bismillah ketua KPPS menyatakan perhitungan suara dimulai. Semua saksi (ada 5 orang) bersiap. Kotak suara pertama yang dibuka adalah kotak Pilpres. Jantung tiba-tiba serasa berdetak lebih kencang. Kok yang muncul hampir selalu nomor 02, yakni pasangan Pragib. Berulang-ulang yang terdengar adalah nama Prabowo…Prabowo…dan Prabowo lagi. Sesekali saja terdengar nama Amin atau nomor 01, hampir senasib dengan Ganjar atau 03.
Alhasil, di akhir perhitungan di TPS 016 tersebut, pasangan 02 mencatatkan 134 suara, diikuti 01 dengan 30 suara dan 03 dengan 25 suara. Sisa 4 suara dianyatakan tidak sah. Sungguh hasil yang tidak diharapkan. Terasa begitu mengejutkan. Di luar prediksi. Kok bisa 02 unggul begitu telak dari lawan-lawannya, terutama 03 mengingat Kranggan Lembur adalah basis PDIP. Tak jauh dari situ ada rumah Anim Imamuddin, seorang tokoh PDIP yang sangat dihormati masyarakat setempat.
Kamis 15 Februari, jam 03 dini hari lewat, proses perhitungan dan rekap baru kelar. Setelah mendapatkan form C hasil yang ditandatangani langsung (tanda tangan basah) oleh ketua dan anggota KPPS serta para saksi yang hadir, kami baru bisa meninggalkan lokasi TPS. Selanjutnya kami para saksi PKS diminta berkumpul di posko untuk menyerahkan C hasil tersebut. Dari ngobrol sesaat dengan rekan-rekan saksi lain di Jatirangga dinihari tersebut diperoleh info hampir senada bahwa 02 menang telak.
Untuk DPR Pusat, Golkar meraih raihan terbanyak dengan 65 suara, diikuti PDIP 29 suara, dan Gerindra 21 suara. PKS harus ikhlas di urutan ke-6 dengan 8 suara, dibawah Demokrat (12 suara), dan PSI (10 suara). Rekan koalisi PKS di 01 yakni PKB hanya meraih 3 suara, dan Nasdem 2 suara, plus partai Ummat 1 suara. Jadi total koalisi 01 hanya meraih 14 suara.
Di level DPR propinsi hasilnya agak sedikit berbeda, dimana PDIP mencatatkan raihan tertinggi 34 suara, diikuti Golkar 31 suara, dan Gerindra 24 suara. PKS harus puas di urutan ke-7 (9 suara), dibawah PSI (14 suara), Demokrat (12 suara), dan PKB (10 suara). Nasdem hanya dapat 2 suara, sehingga total koalisi 01 hanya memperoleh 21 suara.
Yang agak anomali adalah di level DPR kabupaten/kota, dimana PDIP unggul jauh diurutan pertama dengan 94 suara. Dari angka tersebut kontribusi terbesar dari caleg PDIP no.1 yakni Anim Imamuddin. Di bawah PDIP ada 3 partai yang mencatat sama-sama 14 suara yakni PKS, Golkar, dan Demokrat, diikuti PSI (9), dan PKB (4). Sedangkan Nasdem hanya meraih 1 suara, sehingga total koalisi hanya meraih 19 suara plus dari Ummat 2 suara.
Dari hasil di TPS 016, dapat disimpulkan bahwa partai-partai koalisi 02 memang unggul jauh dalam meraih suara, bahkan tetap memimpin meski suara 01 dan 03 digabungkan. Perbandingan (02) vs (01+03) kira-kira 2/3 vs 1/3 atau 67% vs 33%. Memang ini hanya sample kecil, tidak mewakili hasil dari 800 ribu lebih TPS.
Ketika melihat hasil quick count di youtube bahwa secara nasional 02 unggul dengan raihan suara 58 persen lebih, pasti semua pendukung 01 kecewa. How come? Ini pasti ada yang nggak beres! Pasti ada kecurangan, dan komentar senada lainnya.
Terlepas dari ada atau tidaknya kecurangan, harus diakui bahwa kampanye 02 itu hasilnya efektif. Kalau ada unsur money politic, serangan fajar, intimidasi aparat, ASN dan sebagainya itu mungkin soal lain. Bagi saya pribadi, ini pembelajaran nyata. Ternyata politik di negeri kita begitulah adanya. Jangan berharap ada permainan sportif, fair play seperti di dunia olahraga misalnya.