Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Yabunaya adalah salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat, terletak di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka. Para peserta didik di sekolah ini berasal dari berbagai macam daerah yaitu, Kecamatan Pemali, Kecamatan Sungailiat dan Kecamatan Riau Silip. Dengan perbedaan tempat tinggal ini tentunya para peserta didik memiliki berbagai macam latar belakang yang berbeda pula terutama dari hal pendidikan.
Pendidikan yang diampu oleh peserta didik di tingkatan sebelumnya belumlah mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik dengan berbagai macam kosakata yang beragam dalam Bahasa Inggris. Maka dibuatlah sebuah praktik untuk meningkatkan vocabulary peserta didik pada pembelajaran Labels (Foods, drugs, and beverages) menggunakan Problem Based Learning melalui permainan Kahoot. Praktik ini ditujukan pada peserta didik kelas IX di SMP IT Yabunaya Pemali dengan jumlah peserta didik sebanyak 34 orang. Pertemuan dilakukan sebanyak dua kali pada hari Kamis dan Jumat tanggal 13 dan 14 Oktober 2022.
Selain permasalahan pada kekurangan peserta didik dalam menguasai kosakata, hal yang melatar belakangi adanya praktik ini antara lain, metode pembelajaran selama ini tidak bervariasi karena guru belum merancang pembelajaran yang melibatkan aktivitas peserta didik untuk aktif mencari tahu lebih banyak tentang apa yang dipelajari serta berani mengemukakan apa yang sudah dipelajarinya. Metode pembelajaran yang digunakan masih sangat monoton dengan metode ceramah. Sehingga hal ini menyebabkan peserta didik tidak memiliki motivasi untuk belajar Bahasa Inggris dengan penuh semangat.Â
Hal lainnya yang menyebabkan kosakata peserta didik rendah adalah kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan media dan konten yang digunakan sebagai sumber belajar peserta didik. Sedangkan perkembangan dunia pendidikan sekarang erat kaitannya dengan teknologi saat ini yang berkembang dengan sangat pesat. Konten perlu disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik saat ini, apa yang mereka rasa butuhkan dalam keseharian dapat memacu semangat mereka untuk meningkatkan kosakata mereka agar dapat memahami pembelajaran Bahasa Inggris dengan baik.
Maka, sebagai seorang guru yang mengampu pembelajaran tersebut, saya harus mampu menumbuhkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran serta meningkatkan kosakata peserta didik dengan beragam strategi pembelajaran. Menjadi guru yang penuh motivasi agar mampu menghasilkan proses pembelajaran dan konten pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Cara yang digunakan untuk memperbanyak kosakata adalah dengan games atau permainan, disamping menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik terlibat secara aktif. Terakhir peran saya adalah melakukan refleksi agar ada perbaikan dalam proses pembelajaran yang saya lakukan. Saya membutuhkan umpan balik dari peserta didik agar pembelajaran tetap  mengacu pada peserta didik atau student-oriented dan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik.
Tentunya ada pula tantangan ketika mempraktikkan penggunaan games atau permainan dalam meningkatkan kosakata peserta didik. Dari mulai merancang games dan konten yang menarik perhatian anak dan korelasinya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian fleksibilitas penggunaan gadget dengan komitmen bersama dalam belajar, pengelolaan waktu serta koneksi internet yang stabil agar tidak terkendala saat melakukan kegiatan secara online dan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik.
Hal pertama yang menjadi tantangan yaitu merancang games atau konten yang menarik perhatian. Jika selama ini saya hanya menyadur konten pembelajaran dari yang sudah dibuatkan oleh orang lain, kali ini saya membuatnya sendiri agar benar-benar dapat mengukur peningkatan kosakata peserta didik di kelas saya sendiri dengan berbagai macam latar belakang yang dilandasi kodrat alamnya, serta mencari konten yang sedang mereka ikuti trend-nya saat ini. Konten dari games yang disiapkan haruslah menyesuaikan dengan karakter masing-masing peserta didik di kelas. Peran yang terlibat disini adalah wali kelas, guru BK dan peserta didik di kelas itu sendiri.
Selanjutnya adalah komitmen penggunaan gadget yang akan dimaksimalkan di kelas. Pada pembelajaran yang sudah terintegrasi dengan teknologi ini, saya sangat bersyukur adanya teknologi yang dapat membantu saya dalam memberikan pembelajaran yang beragam. Namun, komitmen peserta didik saat melakukan pembelajaran dengan gadget masih merupakan tantangan bagi saya. Terlebih saya harus memastikan bahwa peserta didik tidak teralihkan fokusnya dengan membuka aplikasi atau platform lain selain dengan materi yang diajarkan. Platform pembelajaran online selain games juga sangat membantu saya dalam memberikan materi prasyarat yang harus lebih dulu diketahui oleh peserta didik. Peran yang terlibat disini adalah saya sebagai guru mata pelajaran tersebut, wali kelas, peserta didik dan orang tua. Orang tua saya libatkan agar dapat mengawasi penggunaan gadget di luar batas maksimal penggunaan dan pengawasan terhadap situs atau permainan yang tidak layak untuk peserta didik pada tingkatan sekolah menengah. Ketika dalam pembelajaran di sekolah saya melibatkan wali kelas untuk mengecek komitmen peserta didik saat membawa gadget dari rumah untuk tidak digunakan selain pada kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan waktu pun menjadi tantangan berikutnya bagi guru. Guru yang bertindak sebagai fasilitator di kelas masing-masing harus pandai dalam merancang waktu agar pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan bahkan tidak selesai lebih awal dari waktu yang sudah dirancang. Kemampuan guru mengelola waktu ini adalah salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional. Selain memastikan bahwa pelaksanaan di kelas haruslah tepat waktu, guru pun harus pandai dan disiplin dalam memanfaatkan waktu untuk membuat perencanaan pembelajaran dengan maksimal. Peran yang terlibat disini adalah diri saya sendiri sebagai seorang guru.
Selain tantangan yang ada dalam diri seorang guru, tantangan eksternal salah satunya adalah koneksi internet yang harus stabil saat melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan platform online yang ada di internet. Hal ini menjadi tantangan bagi saya sebagai guru untuk menyiapakan berbagai strategi lain agar pembelajaran tetap dapat terlaksana dengan baik di hari tersebut. Kondisi cuaca pun sangat mempengaruhi. Oleh karena itu saya menyiapkan lembar kerja peserta didik manual yang dipandu dengan menambahkan musik atau pun sound yang berhubungan dengan aktifitas belajar peserta didik.
Terakhir adalah pemetaan kebutuhan belajar peserta didik. Pemetaan ini digunakan agar guru lebih mudah dalam merancang proses, materi dan penilaian pembelajaran peserta didik. Sehingga pembelajaran benar-benar dikemas untuk proses belajar yang berorientasi kepada peserta didik. Peran yang terlibat adalah wali kelas, guru BK dan orang tua, sembari melakukan wawancara kepada peserta didik tentang cara apa yang disenangi saat belajar.
Setelah menganalisis tantangan dalam menerapkan pembelajaran ini, saya mulai menyusun strategi dan rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan maksimal agar kegiatan dapat berjalan dan terukur dengan baik. Saya menerapkan model Problem Based Learning untuk memunculkan pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik. Saya berharap dengan model pembelajaran ini, peserta didik akan lebih mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Bahan presentasi dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dikemas menggunakan media Canva yang memiliki banyak template yang menarik sehingga tidak membosankan selama pembelajaran. Padlet juga digunakan sebagai lembar kerja peserta didik pada siklus berikutnya. Sedangkan Kahoot dan Google Form adalah LKPD yang menggunakan platform online yang tersedia di internet dan dilaksanakan secara online.
Pada siklus pertama pelaksanaan praktik ini, ada dua sintaks yang diselesaikan. Langkah pertama yang saya lakukan adalah dengan melakukan apersepsi pada kegiatan pendahuluan. Saya mengajak peserta didik mengulang  kembali apa yang telah diketahui oleh peserta didik yang akan diajarkan pada pertemuan tersebut dan mengaitkannya dengan gambar yang disajikan. Lalu menyampaikan tujuan dan aktifitas yang akan dilakukan peserta didik dalam pertemuan tersebut. Tak lupa menyampaikan manfaat yang akan diperoleh setelah pembelajaran ini.
Kegiatan dilanjutkan pada kegiatan inti di langkah model Problem Based Learning. Pada langkah orientasi peserta didik pada masalah, saya memberikan gambar makanan dan minuman untuk diamati dan dibuat pertanyaan terhadap informasi video tersebut. Lalu pada langkah berikutnya adalah mengorganisasi peserta didik dengan membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan mengacu kepada gaya belajar peserta didik. Lalu mendampingi peserta didik untuk mengerjakan LKPD yang disiapkan. Pada sesi ini, peserta didik diajak untuk mengerjakan aktivitas pembelajaran dalam menemukan fungsi sosial, unsur kebahasaaan dan struktur teks dari teks Label, kemudian mencari arti kata yang jarang didengar pada platform online Kahoot, serta mencari persamaan infromasi dari dua teks label yang berbeda berdasarkan struktur teksnya.
Pada siklus kedua, peserta didik masuk kepada langkah guru membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada kegiatan ini, aktivitas peserta didik adalah menuliskan review singkat tentang teks label yang sudah dibagi ke masing-masing kelompok. Peserta didik diminta menganalisis teks tersebut dengan mengobservasi label dalam masing-masing gambar pada Padlet. Ketika peserta didik sedang mengerjakan dan mendiskusikan tugas kelompok, saya mengambil nilai sikap dan ketrampilan peserta didik. Dilanjutkan dengan kegiatan mempresentasikan hasil diskusi peserta didik dari masing-masing kelompok. Untuk menentukan kelompok presentasi, saya menggunakan spinwheel agar objektif. Langkah terakhir adalah mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik. Seluruh peserta didik saling memberikan umpan balik terhadap hasil yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan digunakan sebagai bahan perbaikan. Saya memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi dan memberikan penguatan terhadap diskusi grup dan materi yang sudah dibahas oleh seluruh peserta didik.
Setelah melakukan aktivitas pada dua siklus tersebut, dampak yang terlihat adalah peserta didik menjadi lebih antusias dalam pembelajaran. Peserta didik mendapatkan dan memahami kosakata yang jarang ditemukan atau dianggap sulit oleh peserta didik dengan lebih mudah. Peserta didik menjadi lebih banyak memiliki kosakata tentang teks Label. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan, Kahoot dan model Problem Based Learning menjadi strategi belajar efektif yang melibatkan peserta didik terlibat aktif dan menambah kosakata yang belum dikuasai peserta didik. Peserta didik memiliki kemauan untuk mengulang dan mengingat kosakata yang belum dikuasai saat proses belajar berlangsung. Menurut pengamat yang berada di kelas saat proses pembelajaran berlangsung, antusias peserta didik saat diberikan kegiatan yang menggunakan Kahoot, mereka menjadi lebih interaktif dalam mengemukakan pemahaman terkait kosakata. Ketika mereflkesikan pembelajaran hari tersebut, peserta didik mengaku bahwa mereka sangat menikmati aktivitas pembelajaran diskusi dan menggunakan platform Kahoot untuk menambah kosakata. Selain itu, Kahoot dapat mereka akses di rumah masing-masing untuk menambah kosakata lainnya.
Proses pembelajaran yang menggunakan Kahoot pada model Problem Based Learning ini secara keseluruhan menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Peserta didik terlihat aktif berdiskusi dan antusias dalam belajar, juga bahagia ketika berhasil mengidentifikasi kosakata yang sulit. Setelah melalui serangkaian proses belajar, tantangan tersebut akhirnya dapat teratasi dengan komitmen bersama untuk belajar memenuhi tujuan belajar bersama. Pembelajaran yang didapat adalah sebagai guru, kita harus memenuhi hak belajar anak dengan merancang pembelajaran yang terbaik sehingga peserta didik akan merasakan dampak pengalaman belajar terbaik. Guru perlu terus belajar agar mampu mengimbangi kondisi perkembangan teknologi yang banyak mempengaruhi kehidupan para peserta didik sehari-hari. Guru harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai penunjang sarana dan prasarana dalam pembelajaran untuk mempersiapkan generasi penerus yang akan tangguh menghadapi globalisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H