Pusing nga? Yawda sekip ajha, wkwk.
Tapi saya masih menyimpan pertanyaan lagi. Kesan kita, Dark seolah-olah mengambil ending yang tertutup. Seolah-olah dengan hilangnya eksistensi kedua dunia dan melihat realitas "baru" di dunia asal, semua itu beres, selesai, the end.
Coba pikirkan lagi tentang ini. Ketika Jonas dan Martha tiba di dunia asal (the origin), tepat sebelum H.G. Tannhaus menciptakan mesin waktu di tahun 1986, bukankah itu menandakan bahwa dunia asal juga mengalami perputaran waktu (time-loop)?
Kalau tidak pernah ada time-loop, lantas bagaimana mungkin realitas "yang lain" dan lubang cacing di kedua dunia terbentuk jika bukan dari peristiwa kegagalan Tannhaus menciptakan mesin waktu?
Paradoks, ya? Hehe.
Saya ingin mengakhiri review ngalor-ngidul ini dengan kembali ke potongan adegan yang saya ceritakan di awal (biar kayak konsep time-loop: awal adalah akhir, akhir adalah awal, wkwk). Ketika Hannah duduk termangu dan merasakan deja vu. Itulah gambaran tentang dunia asal (the origin) dalam episode terakhir.
Selain ada Regina dan Hannah, di meja makan itu ada Torben Woller sebagai suaminya Hannah (bukan Mikkel maupun Ulrich, siapa sangka?), lalu ada Katharina, Peter, dan Bernadette alias Benni. Mereka semua berteman, ndak bermusuhan seperti yang terjadi di dunia Adam dan Eva.
Mereka merupakan bagian dari the origin yang eksistensinya tak ikutan hilang jika dunia Adam dan Eva tak pernah "ada". Surprisingly, di dunia asal ini Hannah sedang mengandung Jonas!
Lagi-lagi, dengan gemas, saya ingin bilang kalau Winden benar-benar seperti "kutukan" dalam ruang mikrokosmos. Rasa-rasanya kita "tahu" tentang Winden. Rasa-rasanya kita "tahu" tentang realitas dan dunia yang kita pijak sekarang. Tetapi, seperti kata H.G. Tannhaus dan Jonas di episode terakhir,
"Yang kita tahu hanyalah setetes. Yang tidak kita ketahui seluas lautan."
Tik... tok... tik... tok... tik... tok...