[Mon maap ni, yang ngak suka spoiler lebih baik sekip dulu aja~]
***
"Jika dunia akan berakhir hari ini dan kalian hanya punya satu keinginan, apa yang kalian inginkan?" tanya Regina kepada teman-temannya di meja makan sesaat setelah Hannah menceritakan deja vu yang sedang dialaminya --lampu yang tiba-tiba mati, bunyi petir, dan dunia pun kiamat.
"Dunia tanpa Winden," ujar Katharina --penonton pun jadi ikutan deja vu, kata yang sama persis pernah diucapkan Katharina muda di bagian dunia "yang lain". Mereka bersulang dan lampu pun menyala kembali. Rupanya dunia masih menginginkan keber-ada-an kota Winden.
Winden yang terpencil, selalu kelam, dan sering hujan memang seperti kutukan. Sejak tahun 1880-an, seolah-olah Winden cuma diisi orang yang itu-itu saja.
Keempat keluarga yang menjadi sorotan utama dalam cerita tak pernah selamanya meninggalkan Winden. Ada keluarga Kahnwald, Nielsen, Doppler, dan Tiedemann. Mereka semua lahir dan besar di sana, jatuh cinta sama orang situ, hingga akhirnya membangun keluarga dan menetap di Winden.
Musim ketiga ini --rilis 27 Juni lalu-- terutama dalam episode "The Paradise", menutup kerumitan kisah Dark dengan sangat epik. Sebelum musim ketiga rilis, saya sempat bertanya-tanya, mampukah segala keruwetan yang terjadi di antara empat keluarga itu betulan rampung dan membuat penonton setidaknya menghela nafas sambil bergumam, "Oke, ini bener-bener mind blowing"?
Apakah serial Dark berakhir dengan memunculkan paradoks dalam bentuknya yang lain atau justru menampilkan ending yang selesai dan tertutup?
Semua keruwetan itu berawal dari Mikkel Nielsen yang hilang tanpa jejak di tahun 2019. Sebelum Mikkel, sebetulnya sudah ada beberapa anak yang hilang. Saat peristiwa itu, usia Mikkel kira-kira belasan tahun, lebih muda dari Jonas Kahnwald, tokoh utama dalam serial Dark.