"Kita adalah pemberontak, iya kan?" tanya Profesor a.k.a. Sergio Marquina (diperankan oleh Alvaro Morte), menuntut keyakinan dan dukungan dari lawan bicaranya.
Kalau ndak salah pertanyaan itu sudah diulang dua kali. Pertama, ia katakan pada Berlin a.k.a Andres saat keduanya duduk bersama di meja makan dalam rumah persembunyian sebelum hari H perampokan di Badan Percetakan Uang. Kedua, ia katakan pada Tokyo sebelum hari H perampokan di Bank Spanyol.
Sejauh ini, ide pemberontakan hanya diucapkan dari mulut Profesor. Ia hanya mengucapkannya pada waktu-waktu tertentu saja. Tak ada adegan yang menggambarkan dirinya 'berdakwah' tentang gerakan perlawanan di hadapan geng perampok.
Itu artinya, gagasan tersebut merupakan sesuatu yang personal bagi dirinya. Ia lebih mengutamakan aksi ketimbang sibuk nyerocos teori. Kata narator Tokyo, "Kehidupan Profesor hanya berputar di sekitar satu ide: pemberontak." (P1.E13)
Latar belakang tokoh Profesor masih jadi misteri. Alex Pina, selaku pembuat cerita, hanya menyebarkan remah-remah dan clue kecil.
Saya penasaran dengan historisitas kehidupan Profesor, tentang bagaimana seluruh pengalaman masa lampau membentuk diri sebagai 'Sergio Marquina'.
Bagaimana ia mulai memahami ketidakadilan dan ketidaksetaraan di dunia hingga akhirnya mengidentifikasi diri sebagai pemberontak dan penentang sistem.
Tak banyak yang diceritakan Profesor terkait masa lalunya. Kalau pun bercerita, ia hanya mengaku lewat percakapan personal. Tentang sosok ayahnya yang berdiri di balik ide perampokan Badan Percetakan Uang, hanya ia ceritakan pada tiga orang; Tokyo, Nairobi, dan Raquel -Berlin tampaknya sudah jauh lebih tahu dan mengenal persona Profesor, mengingat keduanya punya hubungan saudara tiri.
"Ayahku perampok bank. Dia tewas dalam baku tembak dengan polisi di depan bank. Dialah yang memiliki ide perampokan," ujar Profesor pada Tokyo saat didesak dengan pertanyaan 'siapa yang sebetulnya punya ide perampokan "gila" ini' (P1.E12).