Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"La Casa de Papel": Sejumput Ode dan Alegori Perlawanan

18 April 2020   16:59 Diperbarui: 19 April 2020   18:11 3873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster "La Casa de Papel" | Credit: IMDb/Netflix

Coba pikirkan sisi lain. Uang juga merupakan puncak toleransi manusia. Mengapa? Sebab semua orang di dunia ini, terlepas dari latar belakang budaya, bahasa, agama, suku, ras, bahkan politik, bisa 'mempercayai' uang. 

Kalau kata abang Yuval Noah Harari dalam kitab suci Sapiens; uang adalah sistem kesaling-percayaan paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan. Uang, sebetulnya, hanya produk imajinasi kolektif yang diciptakan manusia.

Seandainya umat manusia di bumi ini tak ada satu pun yang mempercayai uang lagi -pada semua mata uang dan alat pertukaran lainnya seperti emas dan perak- maka sistem-sistem yang menyokong peradaban modern ikut hancur. 

Sebab sistem keuangan kita bertalian erat dengan sistem politik, sosial, dan ideologi kita. Dengan kata lain, kedaulatan negara akan terancam.

Jangankan terbayang ketidakpercayaan semacam itu, tindakan memalsukan uang pun -iya, Profesor mencetak uang aslinya sendiri- sama artinya dengan menentang kedaulatan, kekuasaan, dan hak istimewa pemerintah. 

Itu sebab, tugas sistem politik adalah memastikan agar kepercayaan itu tetap langgeng, dengan menetapkan hukuman, mendirikan serta menghadirkan polisi, pengadilan, dan penjara.

Ujung-ujungnya kita bisa bilang kalau idealisme Profesor dan Enric Duran kelewat utopis. Namun itulah jalan ninja mereka (ya elah, jalan ninja cuy). Sembari di sudut seberang sana, penganut nasionalisme harga mati, fasisme, dan otoritarianisme tulen mulai resah dan gerah, gara-gara posisinya terancam, hihi.

***
Sekadar bacaan: "'The Resistance' - An Anarchist Insight on Alex Pina's Money Heist" oleh Anandita Pagnis, Mithibai College of Arts.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun