"Saat orang kecanduan serial, mereka kecanduan karakter," tutur Alex Pina, pembuat cerita La Casa de Papel, dalam dokumenter Money Heist: The Phenomenon (2020).
Mendengar itu, saya jadi tercenung dan mengidentifikasi diri sendiri. Ia tak sepenuhnya keliru. Soalnya ini yang terjadi pada saya, rela menonton La Casa de Papel a.k.a Money Heist secara maraton pula sangat didukung efek stres #dirumahaja dan suasana buruk Covid-19 yang muncul setiap hari, suntikan eskapisme dengan dosis tinggi semacam ini jadi meringankan kepala saya, hehe.
Tapi, candu itu hanya benar-benar bertahan di musim pertama dan kedua -misi perampokan di Badan Percetakan Uang Spayol rampung dalam 22 episode.
Meski, ya, saya juga setuju, secara umum serial ini sangat menghibur. Plotnya penuh kejutan. Ketegangannya terjaga dari satu episode ke episode lainnya.
Akting pemeran yang penuh emosional. Sekali menonton ngga bisa berhenti. Menutup misi perampokan pertama, saya berdecak kagum sendiri.
Fyi, semula La Casa de Papel memiliki 15 episode, mengudara di jaringan televisi Spanyol (Antena 3). Akhir 2017 Netflix memperoleh hak penyiaran global atas serial ini.
15 episode itu pun dipangkas ulang menjadi 22 episode -musim pertama tayang pada bulan Desember 2017 dan musim kedua tayang April 2018. Selanjutnya, pada Juli 2019 musim ketiga dirilis dan baru-baru ini, 3 April lalu, musim keempat pun dirilis.
Ketika sampai di pembukaan musim ketiga, saya mulai terganggu. Lanjut sampai musim keempat, tak juga membaik. Well, musim ini bisa dibilang 60%-nya didominasi kisah cinta.
Para perampok yang mabuk asmara dengan sesama anggotanya (Anda bisa lihat ada cerita 'reuni keluarga' di pembukaan musim ketiga itu, setiap anggota geng perampokan terlibat kisah cinta).