Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Kucumbu Tubuh Indahku": Dialog Maskulinitas dan Feminitas dalam Satu Tubuh

20 April 2019   23:43 Diperbarui: 22 April 2019   08:22 3479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Warok (Whani Dharmawan) tengah memeluk gemblak-nya, Juno (Muhammad Khan), sesaat setelah pertandingan berdarah. (Foto: imdb.com/FourcoloursGo-Studio)

Perihal maskulinitas politik ini, kita juga bisa tarik mundur ke sejarah kelam kita pada 1965, di mana hal serupa dialami Ayah Juno beserta keluarganya. Kehidupan rakyat dan segala aktivitasnya selalu dicurigai berafiliasi dengan PKI. Apalagi tari lengger yang basisnya ada pada kesenian rakyat. Politik adalah kekuasaan. Kekerasan atas namanya menjadi lazim dilegitimasikan. Sementara anti-tesisnya adalah rakyat itu sendiri, yang tak punya kuasa dan selalu jadi korban.

Maskulinitas mengandung problem inheren dalam dirinya sendiri, yaitu kekerasan. Segala aspek kehidupan yang memberi porsi berlebihan pada maskulinitas sangat berpotensi pada timbulnya tindak diskriminasi dan persekusi. Itulah mengapa sisi feminitas sangat diperlukan untuk mengimbangi kehidupan.

Saya pikir, problem dalam Kucumbu Tubuh Indahku tidak bisa disederhanakan dengan isu LGBTIQ sebagai suatu wacana seksualitas semata. Lebih dari itu, ia membawa problem sosial-budaya yang selama ini langgeng dikonstruksikan dalam pakem yang ajeg. 

Sebenarnya wacana LGBTIQ adalah wacana yang kompleks, ia tak bisa dipahami jika kita masih menggunakan kacamata normatif yang hitam-putih. Memahami LGBTIQ membutuhkan keterbukaan dan keberagaman sudut pandang.

Bagi saya, Kucumbu Tubuh Indahku meletakkan problem dasar pada setiap manusia perihal binaritas yang kontradiktif, yang tak hanya terjadi pada LGBTIQ. Membangun dialog yang terbuka antara maskulinitas dan feminitas adalah kuncinya. 

Kekerasan harus mau membuka diri pada suatu pengertian yang liyan, yaitu kedamaian. Dan Kucumbu Tubuh Indahku berhasil menyajikan sinematografi yang kaya dengan wacana dialogis. Demikianlah kiranya.


Referensi:
Artikel "Sinopsis Kucumbu Tubuh Indahku, Film Garin yang Tayang Hari Ini" di tirto.id.
Jurnal Perempuan edisi ke-87 "Keragaman Gender dan Seksualitas", vol. 20, no. 4, November 2015.
Majalah Tempo edisi 16 Desember 2018, hlm. 44-57.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun