Merenungi kembali langkah yang ku ambil. Hatiku berkecamuk. Menyadari bahwa ini adalah kekeliruan di satu sisi. Namun di sisi lain, tak bisa memungkiri hati. Aku tak meminta apa-apa, selain sebuah kejujuran rasa. Bahwa rasa itu salah, itu yang harus di sadari. Namun rupanya dirimu terlalu tinggi hati untuk sebuah kejujuran. Selalu membelokkan kalimat untuk menghindar atau untuk sebuah pertahanan diri. Lalu dengan tanpa rasa bersalah, mengacak-acak perasaanku kembali. Dan aku mulai jengah dengan sikapmu. Aku lelah. Karenanya, aku diam. Menunggu sampai kau berikan sebuah jawaban atas kejujuran rasa.
*matahariku, terimakasih telah memberiku inspirasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H