“Iya gakpapa, santai aja. Aku sudah lihat-lihat kok, tadi aja sampai aku konsultasi ke BK gara-gara nungguin kamu lama.” Kata Tata sedikit kesal.
“Hehe iya deh, maaf. Yaudah yuk kita kesana, tanya masih ada lowongan yang dibuka gak? Hmm, eh Ta, siapa tahu ketrima. Ikut ya nemenin aku” Ajak Nia sambil menunjuk ruang penyaluran bursa kerja.
“Ah kamu ini ada-ada saja, nanti kupikirkan dulu.” Kata Tata dengan berjalan meninggalkan taman bersamanya.
***
Dua hari kemudian setelah Tata mendengar nasehat dan saran dari teman lelakinya dan juga guru BK, akhirnya Tata pun mencoba untuk mengikuti ajakan temannya, Nia. Ia mengikuti seleksi karyawan yang diadakan di PT. Tanpa beban, ia mengeluarkan selembar folio untuk menulis surat lamaran pekerjaan. Ditarikan penanya diatas lembaran kertas folio, dengan tegas Tata menuliskan surat lamaran. Tak lupa ia melengkapi syarat lainnya berupa fotocopy kartu keluarga, fotocopy surat keterangan lulus, fotocopy KTP, dan juga piagam-piagam serta sertifikat yang didapat Tata selama sekolah untuk pelengkap peluang di terima di PT.
Keesokkan harinya, Tata mengirimkan berkas lamarannya yang di kumpulkan di sekolahan. Bersama dengan temannya, Nia mengumpulkan berkas lamarannya. Hari ini adalah batas akhir pengumpulan berkas. Hanya tinggal menunggu pengumuman penerimaan seleksi. Dalam hati Tata, ia masih kebingungan menentukan kemana selanjutnya akan menuntut ilmu.
Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Waktunya istirahat dan sholat dzuhur, kendati demikian Tata masih berada di kantin sekolahan bersama temannya, Nia. Sambil mengobrol dan melihat adik kelasnya berlalu lalang dalam kantin, Nia pun mencolek Tata yang asyik melamun.
“Jangan melamun kenapa Ta, nggak asyik lah.” Tegur Nia dengan mengibatkan tangannya ke muka Tata.
“Enggak, aku gak melamun. Bingung aja, besok kalau keterima seleksi PTN dan tiba-tiba juga lamaran yang aku masukin bersamu itu aku lolos. Aku bingung ni, antara lanjut kuliah apa kerja.” Katanya sambil menguk segelas es lemon tea.
“Nggak usah di buat bingung Ta, kenapa nggak kamu ambil keduanya, kuliah sambil kerja?” saran Nia membujuk.
“Ngaco deh kamu, nggak lah. Sulitlah, jika aku harus membagi waktu antara kerja dan kuliah.” Jawab Tata melirik arlojinya.