Mohon tunggu...
M Widyastuti
M Widyastuti Mohon Tunggu... -

Love nature

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesempatan yang Hilang

29 Januari 2017   20:50 Diperbarui: 29 Januari 2017   22:54 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Rencananya aku mau masuk ITB ambil jurusan Pertanian. Indonesia kan banyak sekali sawah, mulai dari SDM, SDA hingga hasil pangannya begitu melimpah, tetapi dalam hal pengelolaan masih sangat minim. Dan aku pun berkeinginan menciptakan tata cara pengelolaan SDA dengan biaya yang murah namun hasilnya dapat berlimpah. Hmm, tapi kamu sendiri kok malah bingung nentuin pilihan mau kemana, jangan-jangan...” Kata Ridwan penuh nada menggoda lagi dengan meunjuk .

“Jangan-jangan apalagi. Nggak gini lho, aku sendiri bingung habis ini mau lanjut sekolah tinggi atau kerja. Kalau mau lanjut kuliah, biayanya tak sedikit. Itupun aku masih harus memikirkan adik-adikku. Kalau kerja aku belum punya basic, belum ada pengalaman.” Katanya dengan nada cemas memandang Ridwan.

“Kamu salah bebe. Kamu kan lulusan SMK, pasti pernah diajarkan mulai dari ilmu kewirausahaan sampai tentang pengalaman kerja. Dan kamu kan juga pernah magang di sebuah perusahaan. Kenapa gak kamu manfaatin aja bekalmu itu. Itu tuntutan lho, kalau kamu ingin lanjut kuliah pasti ada jalan kok. Jadi yang terpenting sekarang, kau pilih mau fokus apa dulu, pikirkan baik-baik. Ini tak hanya untuk masa depanmu, tapi juga orang-orang tersayangmu.” Nasehat Ridwan penuh motivasi.

“Mendengar jawabanmu, pikiranku terbangunkan oleh nasehatmu. Aku besok mau ke sekolahan bareng temanku, rencananya mau cari tahu lowongan kerja atau tentang kampus melalui guruku.” Kata Tata penuh keyakinan setelah mendapat suntikan semangat teman lelakinya.

“Nah gitu dong, jadi orang yang semangat jangan lemah. Aku tambah gemes deh sama kau. Haha” Ucap Ridwan mengusap rambut Tata dengan gemas.

Sambil memandang langit, Ridwan melirik arloji di tangannya. Dilihatnya waktu menunjukkan semakin larut. Dan dia pun akhirnya berpamitan untuk pulang. Dan perlahan meninggalkan halaman rumah Tata dengan cepat, secepat kilat

***

Keesokan harinya, setelah sarapan dan mencuci piring, Tata pun berpamitan dengan ibunya. Sebelum berpamitan, Tata pun masuk ke kamar dan mengambil tas gendongnya. Ia tersenyum mendapati semangat dari teman lelakinya. Dan ia memandangi foto keluarganya. Dilihat foto ayahnya yang tertempel di dinding kamar. Setelah itu, ia berpamitan dan menuju sekolah dengan sepeda kaki kesangannya.

Hingga di parkiran sekolah, ia belum mendapati temannya yang kemarin yang sudah berjanjian. Sambil menunggu kedatangan temannya, ia melihat-lihat yang tertempel di mading sekolah, mulai dari karya siswa, informasi kampus hingga lowongan kerja perusahaan. Dan ia memutuskan untuk mendatangi ruang BK untuk sekedar konsultasi

Kurang lebih hampir 1 jam menunggu Nia, Tata pun memutuskan menunggunya di sebuah taman di sekolahnya. Tak lama kemudian setelah duduk di taman, Nia pun datang.

“Gimana Ta, udah lihat-lihat belum infonya. Maaf ya aku telat, tadi sepeda motorku bocor dan aku harus membawanya ke bengkel dulu.” Kata Nia dengan kecapekan mengusap keningnya dengan tisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun