Batik. Warisan budaya milik Indonesia ini, telah dipatenkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak 2 Oktober 2009 lalu sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi.
Banyak macam-macam motif batik menjadi identitas masing-masing suatu daerah di Indonesia. Salah satunya di Kota Mojokerto. Batik Surya Majapahit, satu di antara berbagai motif yang telah dipatenkan oleh pemerintah daerah.
Batik yang telah melekat itu, merupakan hasil dari buah tangan pembatik lokal. Ada ratusan pembatik baru setiap tahunnya lahir dari pemberdayaan masyarakat di daerah yang berjuluk Kota Onde-onde ini.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari pun, memberikan apresiasinya dengan menyebut mereka sebagai 'pahlawan pelestari kebudayaan'Â daerah. Karena, selain mampu melahirkan karya-karya hebat sekaligus menjadi pemotor dalam melestarikan budaya nonbendawi.
"Terimakasih kepada seluruh pembatik lokal Kota Mojokerto dan para desainer yang telah menghasilkan mahakarya yang luar biasa ini. Terimakasih telah menjadi pahlawan pelestari kebudayaan daerah," kata wali kota pada saat membuka Festival Mojobatik.
Festival Mojobatik yang merupakan agenda bergengsi milik Pemerintah Kota Mojokerto, akhirnya kembali digelar. Sempat terhenti pada tahun 2020 karena pandemik, kegiatan ini pun disambut antusias dari warga kota.
Ada ratusan pembatik dan designer lokal dari Bumi Majapahit, yang turut andil dalam memeriahkan Festival Mojobatik ini. Dengan mengusung tema 'BaMaNagata' diharapkan mampu menjadi wadah bagi para pembatik dan designer daerah, dalam melestarikan warisan budaya.
"Tema ini, bukanlah sekadar tema. Namun memiliki arti dan doa. Dimana, Ba memiliki makna Batik. Ma artinya Majakarta atau Mojokerto. Dan Nagata adalah Masa Depan. Kalau disingkat menjadi BaMaNagata," ungkap Ning Ita, sapaan akrab wali kota.
Melalui tema tersebut, wali kota perempuan pertama di Mojokerto ini berharap kedepannya batik mampu menjadi tren fashion yang lebih modern. Sehingga, batik sebagi warisan budaya dapat dinikmati dari segala umur.Â
Festival Mojobatik sendiri, di tahun sebelumnya digelar secara merakyat dengan konsep runway di tengah jalan protokol. Sayangnya, karena kondisi Covid-19 kegiatan di tahun ini harus terselenggara dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kendati demikian, euforia dari Festival Mojobatik ini tetap terlihat dari banyaknya kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak dan unsur masyarakat. Kegiatan ini pun, sekaligus menjadi momentum tiga tahun masa pengabdian Ning Ita kepada masyarakat di Bumi Majapahit. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H