Mohon tunggu...
Rorry Nurmawati
Rorry Nurmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance writer || I love and passion for photography || If you have any question, please let me know at aslirorry@gmail.com or DM Instagram @ryrorry_

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Taman Kelinci, Wisata Edukasi Akrabkan Anak pada Hewan

24 Agustus 2018   12:35 Diperbarui: 24 Agustus 2018   23:29 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Udara sejuk, cocok untuk rekreasi keluarga/Foto pribadi

Mengulik sedikit soal wisata ini, dulunya lokasi ini merupakan area persawahan yang menghasilkan aneka palawija dan sayur-mayur yang kerap dikirim ke berbagai daerah. Namun, di tahun 2016 para pemilik lahan yang tergabung dalam Kelompok Tani Padusan pun mulai berinisiatif untuk memanfaatkan lahannya sebagai tempat wisata.

Ini tidak lepas dari banyaknya bangunan-bangunan beton yang berdiri kokoh di area sekitar, membuat para pemilik lahan memilih banting setir. Dari petani menjadi pengelola tempat wisata. Karena tak mau kehilangan mata pencaharian, mereka pun mulai berinovasi.

Boleh ambil sendiri stroberinya loh/Foto pribadi
Boleh ambil sendiri stroberinya loh/Foto pribadi
"Awalnya, kami hanya ingin melestarikan lahan ini saja supaya tidak tergusur dengan bangunan. Karena sudah banyak sawah yang dijual kepada pengusaha untuk dijadikan vila. Untuk itu, kami memilih beralih profesi dengan mempertahankan keasrian sebagai inovasi baru," kata Muhammad Zainuri.

Meski dari kelompok tani baru dua orang yang memanfaatkan lahannya sebagai tempat wisata, namun tidak menutup kemungkinan tahun ini akan menambah inovasi wisata baru yang masih satu area ini. "Rencannya ada wisata bunga di atas taman kelinci dan kebun stroberi," imbuh pria 33 tahun ini.

Ia pun menaruh harapan, dengan adanya inovasi dari kelompok tani yang memanfaatkan lahanya sebagai area wisata dapat membawa perubahan yang siginifikan kedepannya. Sehingga pemerintah lebih tergerak untuk memperhatikan nasib para petani yang mulai kehilangan lahannya karena dikuasai oleh pemilik lain. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun