Mohon tunggu...
Rorry Nurmawati
Rorry Nurmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance writer || I love and passion for photography || If you have any question, please let me know at aslirorry@gmail.com or DM Instagram @ryrorry_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berbagi Senyum bersama Memey, Si Boneka!

9 Agustus 2018   12:40 Diperbarui: 9 Agustus 2018   21:23 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ike Margareta dan Vera Prayuwati saat mendongeng bersama anak-anak di Alun-alun Kota Mojokerto/Foto pribadi

Modern kini, semakin berkembang dengan seiring berjalannya waktu. Berbagai sarana media ditampilkan untuk menunjang pembelajaran anak. Mulai dari visual hingga non visual. Meski demikian, masih ada beberapa orang yang memanfaatkan sarana media dengan menggunakan boneka untuk menstimulus anak sebagai pembentukan karakter.

Misalnya saja di Kota Mojokerto, Jawa Timur ini. Sekelompok orang yang tergabung dalam Taman Baca Pojok Alun-alun, membuat sebuah gebrakan dengan memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak usia dini.

Pengajaran yang diberikan tidaklah seformal di sekolah pada umumnya, melainkan mencammpurkan bumbu-bumbu permainan yang mudah dimengerti. Salah satunya memanfaatkan boneka sebagai sarana edukasi.

Memey, boneka perempuan yang mengenakan pakaian warna merah jambu muda ini selalu menyambut kehadiran anak-anak disetiap minggu pagi.

Boneka yang memiliki dua kuncir rambut ini, tak pernah absen untuk memberikan dongeng kepada anak-anak yang senantiasa menunggu kehadirannya. Tepat pukul 08.00 wib, Memey telah disambut puluhan anak yang sengaja meluangkan waktu bersama orangtuanya.

Seorang anak sedang mendengarkan dongeng dari Boneka Memey/Foto pribadi
Seorang anak sedang mendengarkan dongeng dari Boneka Memey/Foto pribadi
Di tepian pojok Alun-alun Kota yang berdekat langsung dengan Detasemen Polisi Militer (Denpom) V/2 Mojokerto ini, terlihat anak-anak berebut duduk paling depan beralaskan baliho atau poster bekas. Wajah sumringah tampak jelas dari mereka, yang tak sabar untuk mendengarkan cerita-cerita dari tiga perempuan yang senantiasa membawakannya sejak empat tahun terakhir ini.

Mereka tidak lain adalah Vera Prayuwati, Ike Margareta dan Dini Pristiwi Ningrum yang mendirikan Taman Pojok Alun-alun. Berbekal nekat, awalnya tiga perempuan ini mencoba menularkan budaya membaca bagi anak usia dini. Sehingga, anak-anak dapat melek pengetahuan melalui buku yang tak lain sebagai jendela berbagai macam pengetahuan.

Namun, seiring berjalannya waktu mereka menambahkan formula baru dengan memanfaatkan boneka sebagai sarana edukasi pembelajaran. "Kalau awalnya ya, mereka ambi buku sesuka hati. Mau baca apapun boleh. Tapi, sekarang sebelum mereka mau baca sendiri atau melakukan aktifitas sendiri, kami membukanya terlebih dahulu dengan mendongeng bersama boneka Memey," kata Vera Prayuwati.

Tema mendongeng pun berbeda-beda setiap minggunya. Mulai dari cerita rakyat Indonesia hingga cerita pembentukan moral dan budi pekerti anak, disampaikan secara apik oleh Ike Margareta. Gelak tawa anak-anak saat mendengarkan ceritapun terdengar riang hingg tak jarang menarik perhatian warga Kota Mojokerto yang sedang berjalan pagi di Car Free day (CFD) minggu pagi.

Kegiatan yang dikemas menarik selama satu jam ini, tak melulu membaca. Melainkan juga berhitung dan mengenal objek melalui permaian.

Meski tak mengenal satu sama lainnya, terlihat beberapa anak tak canggung bermain bersama. 

"Siapapun boleh mampir ke sini, karena memang di sini tak terikat. Jadi, hampir setiap minggu anak-anak yang datang selalu berbeda-beda. Tapi ada juga peserta yang setia datang setiap minggu," jelas perempuan yang akrab disapa Vera ini.

Tak terikat dan gratis, menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian warga yang ingin berkunjung ke Taman Baca Pojok Alun-alun ini. Meski dengan fasilitas seadanya dan buku-buku yang mulai usang, tapi peminatnya selalu banyak. Tak jarang, mereka harus mengalah dan memilih duduk di tempat lain karena alas yang digunakan selalu penuh. "Maklum saja, kami tidak memiliki tempat khusus," terangnya.

Rupanya, kegiatan Taman Baca Alun-alun tidak melulu dengan membaca dan bermain tetapi juga dengan kegiatan tour wisata. Kegiatan tour wisata ini dilakkan setiap satu bulan sekali. Lokasi yang dipilih pun tidak di Kota Onde-onde saja, melainkan di daerah tetangga seperti Surabaya dan Sidoarjo.

"Konsepnya itu, kami jalan-jalan bersama-sama menggunakan kereta  menuju tempat lokasi wisata. Nah selama perjalanan, anak-anak kami suruh untuk mengumpulkan nama-nama benda yang ditemui. Jadi, tidak sekedar jalan-jalan biasa,tapi juga tetap mengedukasi," jelas Vera.

seperti manusia, boneka Memey juga ramah dengan anak-anak/Foto pribadi
seperti manusia, boneka Memey juga ramah dengan anak-anak/Foto pribadi
Jatuh Bangun Pertahankan Taman Baca, Tiga Perempuan Ini Harus Berhadapan Dengan Satpol PP hingga Wali Kota Mojokerto 

Berjuang demi menularkan budaya baca bagi anak-anak usia dini, rupanya tak cukup mudah. Di awal tahun mendirikan taman baca, tiga perempuan ini harus berhadapan dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Hal ini tidak lain karena, mereka dikira sebagai penjual buku yang mangkal di Alun-Alun Kota Mojokerto. Sehingga, buku-buku dan perlengkapan lainnya kerap dibawa oleh Satpol PP.

"Karena kami tidak memiliki tepat, dan waktu itu kami juga menggunakan x banner sebagai tanda kalau kami menyediahkan buku gratis untuk dibaca di tempat. Meskipun kami sudah jelaskan kalau bukan pedagang, tapi mereka tetap membawa semua perlengkapan kami," cerita Vera.

Meski telah mendatangi kantor Satpol PP Kota Mojokerto, usaha mereka pun sia-sia. Sebab, mereka telah dianggap sebagai pedagang dan dilarang untuk mangkal di area lokasi Alun-alun Kota. Karena tak ingin perjuangan selama mendirikan taman baca ini sia-sia, ketiga perempuan ini memberanikan diri bertemu langsung dengan Wali Kota Mojokerto saat itu.

"Dan alhamdulillah setelah bertemu dengan pak wali, kami diijinkan untuk menggelar lapak di sekitaran alun-alun. Dan beliau menjamin, kalau kami tidak akan diciduk oleh Satpol PP lagi. Justru, setelah peristiwa itu kami dengan Satpol PP saling membantu. Karena tidak jarang, saat bermain dengan anak-anak kami juga melibatkan petugas Satpol PP yang ada di alun-alun," ungkap Vera.

Kini, mereka tak risau lagi jika harus berhadapan dengan Satpol PP. Kegiatan setiap minggu pagi pun berjalan dengan lancar tanpa gangguan. Meski dengan keterbatasan tempat dan fasilitas yang mumpuni, tetapi mereka memiliki kemauan yang kuat untuk menularkan budaya baca bagi anak usia dini melalu Taman Baca Pojok Alun-alun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun