Tak terikat dan gratis, menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian warga yang ingin berkunjung ke Taman Baca Pojok Alun-alun ini. Meski dengan fasilitas seadanya dan buku-buku yang mulai usang, tapi peminatnya selalu banyak. Tak jarang, mereka harus mengalah dan memilih duduk di tempat lain karena alas yang digunakan selalu penuh. "Maklum saja, kami tidak memiliki tempat khusus," terangnya.
Rupanya, kegiatan Taman Baca Alun-alun tidak melulu dengan membaca dan bermain tetapi juga dengan kegiatan tour wisata. Kegiatan tour wisata ini dilakkan setiap satu bulan sekali. Lokasi yang dipilih pun tidak di Kota Onde-onde saja, melainkan di daerah tetangga seperti Surabaya dan Sidoarjo.
"Konsepnya itu, kami jalan-jalan bersama-sama menggunakan kereta  menuju tempat lokasi wisata. Nah selama perjalanan, anak-anak kami suruh untuk mengumpulkan nama-nama benda yang ditemui. Jadi, tidak sekedar jalan-jalan biasa,tapi juga tetap mengedukasi," jelas Vera.
Berjuang demi menularkan budaya baca bagi anak-anak usia dini, rupanya tak cukup mudah. Di awal tahun mendirikan taman baca, tiga perempuan ini harus berhadapan dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Hal ini tidak lain karena, mereka dikira sebagai penjual buku yang mangkal di Alun-Alun Kota Mojokerto. Sehingga, buku-buku dan perlengkapan lainnya kerap dibawa oleh Satpol PP.
"Karena kami tidak memiliki tepat, dan waktu itu kami juga menggunakan x banner sebagai tanda kalau kami menyediahkan buku gratis untuk dibaca di tempat. Meskipun kami sudah jelaskan kalau bukan pedagang, tapi mereka tetap membawa semua perlengkapan kami," cerita Vera.
Meski telah mendatangi kantor Satpol PP Kota Mojokerto, usaha mereka pun sia-sia. Sebab, mereka telah dianggap sebagai pedagang dan dilarang untuk mangkal di area lokasi Alun-alun Kota. Karena tak ingin perjuangan selama mendirikan taman baca ini sia-sia, ketiga perempuan ini memberanikan diri bertemu langsung dengan Wali Kota Mojokerto saat itu.
"Dan alhamdulillah setelah bertemu dengan pak wali, kami diijinkan untuk menggelar lapak di sekitaran alun-alun. Dan beliau menjamin, kalau kami tidak akan diciduk oleh Satpol PP lagi. Justru, setelah peristiwa itu kami dengan Satpol PP saling membantu. Karena tidak jarang, saat bermain dengan anak-anak kami juga melibatkan petugas Satpol PP yang ada di alun-alun," ungkap Vera.
Kini, mereka tak risau lagi jika harus berhadapan dengan Satpol PP. Kegiatan setiap minggu pagi pun berjalan dengan lancar tanpa gangguan. Meski dengan keterbatasan tempat dan fasilitas yang mumpuni, tetapi mereka memiliki kemauan yang kuat untuk menularkan budaya baca bagi anak usia dini melalu Taman Baca Pojok Alun-alun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H