Indonesia negara padat karya, bung!
Di mana posisi kita?
Saat ini kita berdiri di sini sebagai kelas menengah berisik, yang punya secuil tabungan untuk bertahan hidup 4-5 bulan ke depan tanpa pemasukan, tapi tetap bergaya hedon demi popularitas, pembuat konten sampah, penghamba ig story atau sekedar pamer silaturahmi atas nama agama.
Tapi di sisi lain, ada banyak kelas bawah syahdu, yang hanya berharap hari itu mereka bisa makan..
Lalu? Mengandalkan bantuan kelas menengah tadi?
Bantuan ada, Alm Didi Kempot bahkan sampai mengumpulkan 7 milyar, jauh lebih banyak dari pada acara ketua MPR yang justru kontroversi dan bikin miris.
Tapi sampai kapan? Itu pertanyaannya. Sampai kaum menengah berisik dan kaum atas habis duitnya karena kerjaan mereka tutup semua?
Negara donk bantu rakyatnya? Kalo anda masih nanyak gitu brarti fix anda cuma baca wa grup keluarga yang kontennya didominasi kaum sakit hati kalah pilpres.
Jadi, dengan nalar sadar penuh logika, yang paling logis bagi saya adalah tetap melanjutkan hidup dengan protokol covid-19 yang jelas. Protokol dari Kemenkes masih belum jelas? Kita bahas nanti, tulisan ini sudah kepanjangan.
Sepeda harus terus di kayuh, life must go on. New normal? Mungkin.
Indonesia jangan terserah, kita harus bangkit bersama, harus hidup bersama.