BTP tidak bisa diam. Dari sekian banyak eks-narapidana politik yang keluar penjara, saya tidak pernah melihat yang lantas berubah menjadi kalem. Yang ada malah justru semakin vokal.
Lantas kemana jalan yang akan BTP tempuh? Kendaraan politik yang mampu menampung ritme vokal dan frekuensi BTP hanyalah PDI Perjuangan, disana sudah jelas ada Jokowi.
PDIP tidak butuh sebuah pencitraan. PDIP adalah satu-satunya partai yang tidak pernah goyah akan arus, tetap pada landasan ideologinya. Konsepnya satu: Nasionalis dan merakyat (konsep sejak orde baru), dan Ahok..eh BTP sudah membuktikan ketika menjadi Wagub dan Gubernur DKI, bagaimana dia memberantas sarang mafia. PDIP tidak butuh lip service untuk menaikkan elektabilitas.
BTP tidak bisa berpura-pura, kalo A dia katakan A, kalo B dia katakan B, inilah yang membuat BTP cocok dengan Jokowi. Mereka cocok pastilah karena  mereka satu frekuensi.
Sangat menarik ketika kubu sebelah menggoreng bahwa BTP didholimi oleh Jokowi, Jokowi tidak membantunya ketika BTP tersangkut masalah. Mereka bukan orang bodoh, mereka tahu Presiden tidak boleh intervensi hukum, apalagi menyangkut soal pribadi. Yang "bacot" BTP kok yang tanggung jawab Jokowi.
Dan mereka berdua paham, saat 2016 ketika bagaimana pola gorengan makar berkedok agama sedang digarap. Saya membayangkan mereka berdua rapat internal.
"Hok, ini kasusnya begini, targetnya saya, sedangkan kamu kok ya ada-ada saja.."
"Ya, aku ngerti pakde, ngerti banget, aku minta maaf dan akan menanggung semuanya, ini alasan pribadi, lidah aku, dan Presiden tidak boleh ada intervensi, demi kita bersama.."
Gitu lho kalo berpikir. Ini kok malah dibalik Presiden yang men-dholimi BTP. Kan ngawur.
Dan saat ini partai yang siap untuk menampung aspirasi Ahok.. eh BTP ya cuma PDIP. Bahkan saat ini PDIP terus terang saja, membutuhkan striker haus gol. Hasto masih terlalu santun untuk bertanding dengan Fadli Zon.
Jadi, kemana sebaiknya BTP melangkah? Kemana saja, asalkan yang penting nikah dulu mas bro...