Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

"The Butterfly Effect" Jokowi dan Prabowo

16 Januari 2019   09:09 Diperbarui: 16 Januari 2019   21:32 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mei 1957. Pagi itu, kesibukan terlihat di ruang tamu rumah besar seorang begawan ekonomi, Sumitro Djojohadikusumo. Soemitro dan keluarga sedang persiapan packing, mereka berencana ke luar negeri. Soemitro ingin menghindari konflik antar dirinya dengan pemerintah. Lebih tepatnya menghindari pemeriksaan ketiga dirinya oleh CPM mengenai kasus korupsi : Memberikan dana kepada Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Sumitro menatap nanar kepada anak lelakinya, Prabowo. Prabowo yang tampan menatap tajam. Seakan ingin bicara kepadanya. Sumitro mengerti hal ini, lalu kemudian menurunkan tubuhnya, sejajar dengan Prabowo, dan berkata: 

"Apa yang mau kau katakan, nak?"

"Apa pergi ke luar negeri adalah solusi Ayah? Maaf Ayah, tapi mendekam di penjara lebih mulia daripada lari ke luar negeri, menghadapi persoalan negeri lebih baik daripada tidak membawa solusi, negeri ini butuh Ayah, Ayah buktikan tidak bersalah dan kami-kami akan selalu mendukungmu" Ucap Prabowo muda dengan suara mantap.

Soemitro tertegun, baru kali ini dia mendengar anak lelakinya senasionalis itu.

"Ayah, didik kami untuk mengenal Indonesia, bukan Eropa, bukan Amerika, bukan Jepang dan bukan Bangkok" Sambung Prabowo muda.

Mata Sumitro berkaca-kaca, dia lantas berdiri, dan berucap: "Dora, batalkan penerbangan, batalkan pula perjalanan ke Padang, kita disini, hadapi semuanya" Ujarnya mantap.

"Nak, kau anak yang hebat, sayangilah sesamamu, saudaramu dan negara ini" begitu pesan Sumitro pada anaknya.

Sumitro dan keluarga akhirnya tidak jadi ke luar negeri. Beberapa hari kemudian, CPM menjemput Sumitro dirumah, ini adalah pemanggilan ketiga yang artinya Sumitro harus ditahan.

Sumitro akhirnya memang ditahan, namun terus melakukan pembelaan melalui pengacara. Karena ditahan, aktivitas Sumitro di PRRI pun perlahan redup. Beberapa tahun kemudian ketika PRRI ditumpas, nama Sumitro sudah tidak ada, bersih dari segala tuduhan pemberontak, tidak ada aliran dana atau jabatan Menteri disana. 

Hasyim dan Prabowo melanjutkan sekolah di dalam negeri, dengan penuh rasa cinta, salah satunya dari Jendral A.H Nasution sebagai balasan atas kebesaran hati sang ayah untuk menghadapi kasus hukum ketimbang kabur ke luar negeri. Hasyim kemudian menjadi pebisnis dan Prabowo masuk militer.

Ketika terjadi isu kudeta Letjend Benny Moerdani, Prabowo muda tidak langsung menyiapkan pasukan. Dia berdiskusi dengan Mayor Luhut atasannnya. Dan bersama-sama mereka menangkal isu tersebut. 

Tidak ada keingingan Prabowo untuk menculik Benny Moerdani, karena baginya penculikan adalah langkah pengecut. Ayahnya sudah mencotohkan bagaimana bersikap jantan dan bertanggung jawab, meskipun dengan konsekuensi berat. Nama Prabowo harum, begitupun ketika dia mendirikan perusahaan kayu dan kertas hasil kolaborasi dengan sobat mertuanya, Bob Hasan. Tidak ada dana gelap hasil sumbangan yayasan.

Prabowo hidup rukun dengan Titiek Soeharto, bahkan ketika Prabowo harus terluka parah hasil dari tugas ke Timor Timur, Titiek setia mendampingi. Pun demikian ketika tragedi 1998. Prabowo enggan terlibat, baik diluar maupun di dalam intrik. Prabowo fokus mengamankan Ibukota dari amuk kerusuhan.

Dan ketika Prabowo mencalonkan diri menjadi Presiden, rakyat tak ada yang ragu. Tidak ada hoax dan kebohongan, tidak ada ambisi berlebih dan yang melebih-lebihkan. Prabowo mulus menjadi Presiden dengan lebih dulu menjadi pendamping Megawati. Prabowo mengalahkan SBY di Pilpres 2014 dan diprediksi akan mulus sebagai Petahana di Pilpres 2019 melawan Gatot Nurmantyo. 

Kemana Jokowi?

Di era tahun 2000, Jokowi sedang giat menjadi pebisnis kayu. Namanya naik daun sebagai eksportir kayu kelas kakap. Lelaki ceking tersebut terkenal rendah hati namun percaya diri. Peduli pada karyawan dan keluarga. Hingga akhirnya membuat Prabowo kepincut kepada pria asli Solo itu. Prabowo pun mendatangi pabrik meubelnya, melihat kinerjanya dan kemudian menawarkan kerjasama di bidang kayu dan kertas.

Jokowi pun tertarik karena integritas Prabowo yang terkenal dipercaya. Jokowi menerima tawaran tersebut dan menjadi pengembang untuk usaha PT Kiani Kertas, bahkan mereka membuat perusahaan sendiri. 

Jokowi menjadi pemegang saham di Energy Nusantara, induk dari tiga pabrik kayu. 5 tahun berikutnya, di bawah kendali Jokowi, Energy Nusantara IPO dan menjadi perusahaan terbuka.

Saat itu, PDIP yang dipimpin Megawati tengah kebingungan mencari kader yang pas. Kader yang militan, loyal dan pintar. Dan harus orang Jawa. Maklum Mega masih dibawah kendali kesukuan, Jawa adalah kunci. 

Akhirnya nama Jokowi pun mampir di telinganya, seorang yang rendah hati dan sukses menjadi pengusaha. Dari sisi keuangan, tentu bukan masalah untuk Jokowi maju sebagai kader PDIP, begitu pikir Mega.

Mega didampingi Rini Sumarno untuk mengunjungi pabrik kayu milik Jokowi, yang saat itu sudah bergabung dengan Energy Nusantara. Setelah puas melihat-lihat prospek bisnis di sisi kayu, Mega pun bertanya pada Jokowi, apakah Jokowi mau untuk menjadi kader PDIP dan maju sebagai calon Walikota Solo.

Jokowi pun menjawab khidmat, bahwa dirinya ingin fokus mengembangkan Energy Nusantara yang saat ini butuh konsentrasi penuh. Maklum sudah IPO, artinya segala sisi laporan keuangan menjadi milik publik. Lebih baik berkonstribusi kepada masyarakat untuk menyediakan lapangan kerja. Begitu jawab Jokowi.

Pupus sudah harapan Megawati untuk mendapat kader yang baik. Jokowi tetap melanjutkan memperbesar perusahaan kayu, dan perusahaan tersebut menjadi tumpuan Prabowo untuk tetap berlaga di Pilpres 2019.

***

2019, Disebuah kamar, seorang pria tengah sibuk membaca catatan harian, dengan mata terbelalak dan hidung penuh darah..ya, pria ini sedang mengalami perjalanan berat, perjalanan ke masa lalu lewat catatan harian, untuk mengubah semua, untuk mencapai impiannya.

Butterfly effect tengah terjadi pada dirinya..Tubuhnya bergetar hebat, matanya naik turun, pria itu merasa dirinya memasuki lorong panjang berwarna putih, terlihat beragam kehidupan dirinya di dinding kiri dan kanan lorong, dari saat dirinya menjadi pengusaha, menikah, punya anak, menjadi tentara, mendapat pangkat..lorong tersebut mundur lagi, saat dirinya SMA, SMP kemudian SD, dan akhirnya..

Sampailah ia dirumah besar, ia melihat ibundanya tengah berberes koper, dan didepannya, ayahnya sedang menatapnya, kemudian berkata,

"Apa yang mau kau katakan, nak?"

***

Change one thing, change everything ... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun