Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

"The Butterfly Effect" Jokowi dan Prabowo

16 Januari 2019   09:09 Diperbarui: 16 Januari 2019   21:32 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika terjadi isu kudeta Letjend Benny Moerdani, Prabowo muda tidak langsung menyiapkan pasukan. Dia berdiskusi dengan Mayor Luhut atasannnya. Dan bersama-sama mereka menangkal isu tersebut. 

Tidak ada keingingan Prabowo untuk menculik Benny Moerdani, karena baginya penculikan adalah langkah pengecut. Ayahnya sudah mencotohkan bagaimana bersikap jantan dan bertanggung jawab, meskipun dengan konsekuensi berat. Nama Prabowo harum, begitupun ketika dia mendirikan perusahaan kayu dan kertas hasil kolaborasi dengan sobat mertuanya, Bob Hasan. Tidak ada dana gelap hasil sumbangan yayasan.

Prabowo hidup rukun dengan Titiek Soeharto, bahkan ketika Prabowo harus terluka parah hasil dari tugas ke Timor Timur, Titiek setia mendampingi. Pun demikian ketika tragedi 1998. Prabowo enggan terlibat, baik diluar maupun di dalam intrik. Prabowo fokus mengamankan Ibukota dari amuk kerusuhan.

Dan ketika Prabowo mencalonkan diri menjadi Presiden, rakyat tak ada yang ragu. Tidak ada hoax dan kebohongan, tidak ada ambisi berlebih dan yang melebih-lebihkan. Prabowo mulus menjadi Presiden dengan lebih dulu menjadi pendamping Megawati. Prabowo mengalahkan SBY di Pilpres 2014 dan diprediksi akan mulus sebagai Petahana di Pilpres 2019 melawan Gatot Nurmantyo. 

Kemana Jokowi?

Di era tahun 2000, Jokowi sedang giat menjadi pebisnis kayu. Namanya naik daun sebagai eksportir kayu kelas kakap. Lelaki ceking tersebut terkenal rendah hati namun percaya diri. Peduli pada karyawan dan keluarga. Hingga akhirnya membuat Prabowo kepincut kepada pria asli Solo itu. Prabowo pun mendatangi pabrik meubelnya, melihat kinerjanya dan kemudian menawarkan kerjasama di bidang kayu dan kertas.

Jokowi pun tertarik karena integritas Prabowo yang terkenal dipercaya. Jokowi menerima tawaran tersebut dan menjadi pengembang untuk usaha PT Kiani Kertas, bahkan mereka membuat perusahaan sendiri. 

Jokowi menjadi pemegang saham di Energy Nusantara, induk dari tiga pabrik kayu. 5 tahun berikutnya, di bawah kendali Jokowi, Energy Nusantara IPO dan menjadi perusahaan terbuka.

Saat itu, PDIP yang dipimpin Megawati tengah kebingungan mencari kader yang pas. Kader yang militan, loyal dan pintar. Dan harus orang Jawa. Maklum Mega masih dibawah kendali kesukuan, Jawa adalah kunci. 

Akhirnya nama Jokowi pun mampir di telinganya, seorang yang rendah hati dan sukses menjadi pengusaha. Dari sisi keuangan, tentu bukan masalah untuk Jokowi maju sebagai kader PDIP, begitu pikir Mega.

Mega didampingi Rini Sumarno untuk mengunjungi pabrik kayu milik Jokowi, yang saat itu sudah bergabung dengan Energy Nusantara. Setelah puas melihat-lihat prospek bisnis di sisi kayu, Mega pun bertanya pada Jokowi, apakah Jokowi mau untuk menjadi kader PDIP dan maju sebagai calon Walikota Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun