Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Destruktif Kognitif dan Manipulasi Media Sosial

9 Januari 2019   07:30 Diperbarui: 9 Januari 2019   07:48 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti Kadir si pedangan Kuda, manusia sebetulnya hanya butuh 4 tahap dalam perusakan pikiran: 

Tahap 1=Perkenalan, Tahap 2=Pengulangan, Tahap 3=Pengakuan, Tahap 4=Pembenaran.

Maka, jika kita sudah 3 kali membaca berita bohong yang dibenarkan, maka untuk kali keempatnya, kita berkesimpulan bahwa berita bohong tersebut adalah benar.

Jika otak hanya butuh 4 kali kebohongan untuk percaya, lantas bagaimana dengan sosmed yang bisa ratusan kali?

Hoax surat suara bocor 7  kontainer hasil twit Andi Arief sudah di share ratusan kali, bisa jadi satu orang sudah membaca lebih dari 4x twit yang sama, tentu dari orang yang berbeda. Jadi jangan disalahkan jika di facebook ditemukan orang yang membela mati-matian hoax surat suara tersebut. Kemampuan berpikir otaknya telah dilemahkan oleh hoax.

Begitu juga dengan berita Sri Mulyani punya 1200 bitcoin. Tentu saja ini propaganda pelegalan bitcoin yang mana bitcoin dilarang di Indonesia. Lalu hoax tentang pasien BPJS dipindahkan di gerbang tol karena iuran BPJS dialokasikan untuk pembangunan jalan tol. 

Salah satu hoax BPJS. Sumber foto: finance.detik.com
Salah satu hoax BPJS. Sumber foto: finance.detik.com
Sekilas ini hoax remeh-temeh, tapi ternyata banyak yang menyebarkan, termasuk kawan saya yang lulusan S2:

"Masyaallah, BPJS tega sekali gunakan uang rakyat yang menderita untuk bangun jalan tol yang tidak berguna, semoga azab kepada para pejabat BPJS dan presiden yang zholim.."

Itu lulusan S2 Magister Teknik Universitas negeri lho, karirnya pun bagus, termasuk pintar sewaktu kuliah dulu. Ya, otak kita sedang dirasuki oleh alam propaganda. Coba bayangkan jika titik cognitif kita sudah kena, strata pendidikan pun lenyap. Jangankan Kuda menjadi Keledai, untuk mengajak anak istrinya menjadi bomber pun bisa.

Lantas, apa yang bisa dilakukan? Sayangnya tidak ada. Mau dijelaskan beberapa kalipun hasilnya sama. Satu-satunya adalah, kita yang masih bisa bertabayyun agar mengingatkan kawan atau kerabat yang terkena berita hoax tadi agar menghapus dan kembali berpikir lurus. Itu, jangan diam.

Karena diam, adalah selemah-lemahnya iman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun