Jaman dahulu kala, tersebutlah seorang pria bernama Kadir. Kadir adalah peternak kuda. Suatu hari, Kadir pergi ke kota untuk menjual salah satu kudanya. Kuda Kadir kuat dan terawat sehingga mendorong gerombolan perampok untuk mengambil kudanya.
Tapi Kadir adalah orang yang sakti sehingga pemimpin perampok harus mencari akal agar Kuda Kadir bisa menjadi miliknya, dengan harga semurah mungkin. Akhirnya pemimpin perampok menginstruksikan anggotanya berpencar ke arah kota, searah dengan jalur yang diambil Kadir.
Kadir bertemu perampok pertama. Perampok pertama berkata,
"Hei kisanak, lucu dirimu itu, untuk apa ke arah kota sambil membawa Keledai?"
"Ini bukan Keledai, ini Kuda, apa kau tidak bisa melihat?" Jawab Kadir.
"Itu Keledai, jelas itu Keledai..Hahaha dasar orang gila" Sahut sang perampok.
Kadir meneruskan perjalanannya sambill geleng-geleng tak habis pikir mengapa kudanya dibilang Keledai.
Kadir pun bertemu dengan perampok kedua.Â
"Hei kisanak, bagus Keledaimu, bolehkan ku beli dengan harga sekian dan sekian?" Tanya perampok kedua.
"Ini bukan Keledai, ini Kuda, butakah matamu?" Ujar Kadir sengit.
"Hahaha, Kuda darimana, itu jelas Keledai, kau yang buta, hahaha..." Jawab perampok kedua.
Kadir geleng-geleng sambil berpikir dalam hati,Â
"Sudah dua orang yang mengatakan Kuda ku ini Keledai, mereka yang gila atau..ah tidak, jelas ini Kuda".
Di perempatan jalan Kadir bertemu perampok ketiga, sang perampok menegur Kadir dan mengucap hal yang sama.Â
"Aduh kisanak, Keledaimu tak mungkin laku di kota, di kota itu carinya Kuda, bukan Keledai, jika Keledai, di depan sana ada pedangang rotan yang butuh Keledai untuk angkut hasil rotan, kau bisa jual kepadanya" Ujar perampok ketiga.
Kadir pun bimbang, semua orang berkata itu Keledai, hingga sampailah ia kepada bos perampok yang menyamar sebagai pedagang rotan.
"Hai kisanak, aku butuh hewan pengangkut rotan ku ke kota, maukah kau jual Keledaimu seharga sekian dan sekian?" Tanya si bos perampok.
Kadir yang bimbang akhirnya termakan rayuan manis si bos perampok, khawatir Kudanya tak laku di kota karena ternyata itu Keledai, Kadir pun menjual Kudanya ke bos perampok. Di jaman dulu, harga Keledai seperlima dari harga Kuda.Â
Bos perampok girang, Kuda hasil tipu-tipu berhasil dijual dengan harga tinggi di Kota.
Itulah contoh bahwa kebohongan yang berulang akan menghasilkan suatu pembenaran. Dan untuk itu, kebohongan tidak bisa dilakukan sekali dan seorang, namun berkali-kali dan dengan banyak orang ~Hitler, Mein Kampf.
Sama yang kita temukan di sosial media saat ini. Berita hoax disebar di segala lini masa untuk menyentuh "croc brain" manusia. Manusia sejatinya memiliki sifat penakut yang akut. Dan itu wajar. Namun kewajaran itulah yang di jejali oleh beragam konten hoax yang menyerang sisi ketakutan manusia.
Kita takut, disaat kita takut kita tidak bisa lagi berpikir jernih, atau bertabayun. Pikiran kita di hancurkan dengan sistem yang terpola. Destruktif cognitif. Pikiran kita dirusak oleh beragam berita bohong yang dikemas dengan cantik. Ketika sudah "in", kita tidak lagi tahu mana kebenaran dan kebohongan.
Seperti Kadir si pedangan Kuda, manusia sebetulnya hanya butuh 4 tahap dalam perusakan pikiran:Â
Tahap 1=Perkenalan, Tahap 2=Pengulangan, Tahap 3=Pengakuan, Tahap 4=Pembenaran.
Maka, jika kita sudah 3 kali membaca berita bohong yang dibenarkan, maka untuk kali keempatnya, kita berkesimpulan bahwa berita bohong tersebut adalah benar.
Jika otak hanya butuh 4 kali kebohongan untuk percaya, lantas bagaimana dengan sosmed yang bisa ratusan kali?
Hoax surat suara bocor 7  kontainer hasil twit Andi Arief sudah di share ratusan kali, bisa jadi satu orang sudah membaca lebih dari 4x twit yang sama, tentu dari orang yang berbeda. Jadi jangan disalahkan jika di facebook ditemukan orang yang membela mati-matian hoax surat suara tersebut. Kemampuan berpikir otaknya telah dilemahkan oleh hoax.
Begitu juga dengan berita Sri Mulyani punya 1200 bitcoin. Tentu saja ini propaganda pelegalan bitcoin yang mana bitcoin dilarang di Indonesia. Lalu hoax tentang pasien BPJS dipindahkan di gerbang tol karena iuran BPJS dialokasikan untuk pembangunan jalan tol.Â
"Masyaallah, BPJS tega sekali gunakan uang rakyat yang menderita untuk bangun jalan tol yang tidak berguna, semoga azab kepada para pejabat BPJS dan presiden yang zholim.."
Itu lulusan S2 Magister Teknik Universitas negeri lho, karirnya pun bagus, termasuk pintar sewaktu kuliah dulu. Ya, otak kita sedang dirasuki oleh alam propaganda. Coba bayangkan jika titik cognitif kita sudah kena, strata pendidikan pun lenyap. Jangankan Kuda menjadi Keledai, untuk mengajak anak istrinya menjadi bomber pun bisa.
Lantas, apa yang bisa dilakukan? Sayangnya tidak ada. Mau dijelaskan beberapa kalipun hasilnya sama. Satu-satunya adalah, kita yang masih bisa bertabayyun agar mengingatkan kawan atau kerabat yang terkena berita hoax tadi agar menghapus dan kembali berpikir lurus. Itu, jangan diam.
Karena diam, adalah selemah-lemahnya iman.Â
#TurnBackHoax #2019LAWANHOAX
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H