Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Jokowi Seorang Libero

29 Desember 2018   00:11 Diperbarui: 29 Desember 2018   09:36 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang harus diwaspadai adalah dua peran sentral lini tengah. Sama-sama baru didunia politik namun langsung masuk tim inti. Pertama ialah Erick Tohir dan lawannya, Dahnil Simanjuntak. Keduanya senantiasa melempar umpan, tanpa harus terkesan agresif.

Di tim Jokowi yang nyentrik adalah peran Irma Chaniago yang harusnya berhadapan dengan Dahnil, justru man-to-man marking dengan Rocky Gerung atau Eggy Sudjana yang keduanya berperan sebagai perusak irama permainan lawan. Di sini Irma berduet dengan tim PSI.

Yang menarik ketika Irma sibuk menghalau serangan Rocky, Jokowi tampak sama sekali tidak terpengaruh. Ritme tetap berjalan tenang. Jokowi seperti menunggu lawan frustasi dan berbuat kesalahan sendiri. Dan akhirnya, blunder itupun datang. Ratna Sarumpaet yang berperan sebagai full back yang rajin menyerang, membuat blunder fatal yang membuat dirinya di kartu merah.

Kekuatan oposisi pun berkurang. Hanya mengandalkan serangan dua sayap; Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Di mana umpan mereka sudah sangat terbaca, kuno.

"Lalu di mana peran Prabowo, bro?" Tanya saya.

"Prabowo itu agresif, visioner, tanpa tedeng aling-aling, sliding sana sliding sini, dia seperti Roy Keane di MU, bang"

"Berarti harus hati-hati, Keane sering termakan pancingan lawan yang lebih tenang, akhirnya kartu merah," ujar saya.

"Itulah, Jokowi ada dimana-mana, gayanya pelan, namun nusuk, gaya itu bikin lawan gregetan. Gemas. Lihat saja, dari mulai wajah Boyolali, Ojek Online, kasus Ratna hingga Haiti. Prabowo seperti medioker saja, salah omong terus."

"Bisa saja itu strategi oposisi?" tanya saya lagi.

"Bisa, firehose of falsehood. Permainan ketakutan, hoaks dan kebodohan. Tapi bisa juga itu memang kesalahan Prabowo, grusa-grusu saking pengen menjatuhkan Jokowi. Haiti itu keceplosan. Sudah ku bilang, Roy Keane sering terpancing emosi gak jelas, lalu melakukan tackling yang berbahaya. Tim petahana tahu itu, itulah yang diincar."

"Tim oposisi kekurangan tenaga defender bang, semua agresif menyerang, termasuk si Roy "Prabowo" Keane. Padahal sebagai penyeimbang tim, Keane harus bisa fokus juga ke pertahanan, jangan terus-terusan melakukan tembakan jarak jauh, sering kena blok, nafsu banget"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun