Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Alasan Mengapa Pilih Menantu Asli Boyolali

4 November 2018   12:42 Diperbarui: 4 November 2018   14:30 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://boyolalikotas.blogspot.com

Boyolali, Kabupaten yang letaknya 25 km di sebelah barat kota Solo Raya ini sedang booming di bela warganet setelah di bully oleh Prabowo yang dianggap "semena-mena" terhadap wong Boyolali dengan mengatakan bahwa wajah Boyolali ini tidak pantas masuk hotel berbintang, bahkan diusir.

Padahal niat om Prab baik, beliau ingin agar Boyolali bisa berdiri sejajar dengan Bekasi. Viral.

Saya secara pribadi mengucapkan nderek prihatin kepada rakyat Boyolali. Semoga warga Boyolali selalu kuat dan sadar bahwa semua Hotel di dunia itu tidak mengenal tampang, suku, adat ataupun agama, yang dikenal hanya seberapa mampu kamu mbayar. Itu thok.

Tapi sekaligus juga saya merasa takjub bahwa apa yang dikatakan Om Prab itu betulan, lha iya, apa iya wong Boyolali yang menjadi simpatisan Om Prab itu pernah ke The Sultan misal? Khan ya enggak, yha..

Saya berharap selepas pidato, om Prab bisa mengajak para mbok-mbok itu tidur sejenak di Twin Volcano's atau sekalian di Solo Paragon, wis saya tak ikut mendampingi. Toh Om Prab dan saya punya kemiripan wajah, sama-sama bertampang Jack-Sell. Jadi pasti tidak diusir. 

Nah, secara spesifik mengenai wajah. Boyolali itu hanya perwakilan saja. Boyolali tak ada bedanya dengan Solo itu sendiri, Krapyak, Sragen, Magetan, Purwokerto, Pracimantoro, Probolinggo, Pati, Lamongan, Sumedang, ataupun BEKASI.

Di sini, Boyolali digunakan sebagai "alat" yang mewakili proletarisme bangsa. Kita ini bangsa proletar, hidup di bawah garis kemiskinan. Gitu kira-kira pesan pidato khas Prabowo yang selalu menyentuh rasa marjinal bangsa ini.

Beda dengan Soekarno yang selalu menyebut kita ini bangsa besar. Padahal, mau negara ini kaya atau tidak, sifat proletar bangsa tidak akan banyak berubah. Yu Parmi tetap berjualan pecel, Mbah Raji pun tetap nyaman dengan nasi Tumpangnya.

Justru yang mengutak-atik untuk kepentingan politiklah yang harus di waspadai.

Boyolali menyimpan sejuta kenangan, salah satunya saya pernah berpacaran dengan gadis asli Boyolali, sayang harus kandas karena hal-hal yang tidak bisa disebutkan. Sehingga sedikit mengenal karakter Boyolali.

Juga banyak kawan yang asli Boyolali, membuat saya mengetahui kelebihan yang pantas untuk jadi bahan pertimbangan bagi para calon mertua yang saat ini bingung atau kurang memberikan restu bagi putra putrinya untuk ke jenjang pernikahan.

Karena anda pasti belum baca tulisan ini. 

1. Sederhana

Boyolali, secara geografis masuk dalam kategori Solo Raya, sehingga tak lepas dari karakter wong Solo yang sederhana dan tidak neko-neko. Mereka tidak akan pernah sakit hati meskipun belum pernah tidur di Hotel berbintang karena tidur bersama keluarga adalah segalanya.

Eyang saya yang dari lahir hingga wafatnya mayoritas berada di Solo sedikit banyak mewarisi sifat ini. Tidak pernah macam-macam kecuali nasi putih harus hangat dan pulen.

Untuk yang wanita, cermat dan hemat dalam mengatur keuangan, karena jika bukan kebutuhan maka pantang untuk keluar uang. Sehingga calon menantu yang seperti ini layak untuk dipertimbangkan lolos tanpa test.

2. Cerdas

Boyolali adalah kota penuh sejarah, dimulai dari sejarah Ki Ageng Pandan Arang yang erat dengan Sunan Kalijaga, hingga tahun 1955 dimana Boyolali menjadi kota "merah" dimana PKI meraup lebih dari 150 ribu suara.

Pun selepas 1965 gerakan-gerakan kiri masih tampak di kabupaten yang bernama latin Crocodile Forget ini, termasuk gerakan Merapi-Merbabu Complex besutan om Suradi Bledeg, meskipun grup yang namanya lebih mirip komunitas motor ninja ini bukan sepenuhnya kiri, hanya berasal dari barisan sakit hati gerombolan yang ditolak masuk TNI, hanya disusupi.

Tak dapat dipungkiri, Boyolali menjadi kabupaten yang sarat dengan politik, meskipun gerakan kiri telah tumpas tapi menunjukkan bahwa warga Boyolali bukan warga yang bodoh. Mereka melek politik, mereka paham ekonomi.

Kecerdasan itu menurun ke Laksamana Widodo AS, pria kelahiran Boyolali yang pernah menjadi Panglima TNI dan yang pertama bukan dari Angkatan Darat. Pun ke SK Trimurti, tokoh anti-kolonial dan ex Menteri Tenaga Kerja era Perdana Menteri Amir Sjarifuddin.

Jadi, jangan sekali-sekali meremehkan Boyolali, kota sarat sejarah. Boyolali bukan kota jual tampang tapi jual kualitas.

Yang kayak begini gak mau dijadiin menantu? Rugiii...

3. Tangguh dan Militan

Sudah jangan ditanya berapa kali Boyolali mengalami yang namanya kekeringan. Pada Agustus 2018, tepatnya di kecamatan Juwangi mengalami kekeringan arus sungai yang parah. Hilang kekeringan, muncul hujan, Boyolali pun dirundung banjir. Ditambah kemiskinan. Pokoknya serba salah.

Saya jadi ingat  perjuangan Siti Hajar yang mencari sumber air untuk putranya Ismail di tanah Arab yang kering. Perjuangan Siti Hajar bukan hanya soal menemukan air, tapi pembentukan mental yang militan dan pantang mengeluh.

Mental seperti Siti Hajar, jaman sekarang mana ada?

Tidak perlu pengorbangan sekelas Siti Hajar. Melihat suami gajinya turun sedikit aja sewotnya paling terbaiqeue ~

Nah warga Boyolali adalah pengecualian. Segala tantangan hidup biasa mereka hadapi. Kesulitan bukan halangan, tapi tantangan. Para pria mbolali adalah jaminan pundak mereka sanggup memikul tanggung jawab keluarga.

Calon mantu yang kayak gini, kapan lagii??

4. Sehat

Sehat itu karunia Allah, tapi usaha manusia. Genk Boyolali membuktikan itu. Boyolali kondang sebagai daerah penghasil susu. Bahkan untuk seluruh nusantara. Bukan cuma diminum, tapi juga dibuat camilan, seperti dodol susu, tahu, bahkan keju!

Pernah dengar keju Meneer? Nah kalo ke Boyolali, coba cari, mampir, biar ndak kuper, ngertinya Boyolali cuma tampang ndeso melarat.

Bahkan konon, pabrikan susu UHT terkenal ambil susunya ya dari Boyolali. Saking terkenalnya, susu Boyolali di abadikan oleh DR. Ganang dalam sebuah lagu Campursari berjudul Susu Murni yang dipopulerkan oleh Cak Diqin.

Apalagi wisata Agro Cepogo yang wajib anda kunjungi jika mampir ke Boyolali, mau susu hangat, dingin, original ataupun oplosan (campur kopi maksudnya..) semua ada. Monumen Boyolali ya monumen sapi, berwarna hitam putih seperti sapi-sapi bule sana.

Maka dari itu, Boyolali disebut Nieuw Zeeland Van Java. Ngerti gak kamu?

Banyak teman saya yang asli Boyolali ambil jurusan perternakan ataupun agrobisnis UNS, cita-citanya: dari desa, mbalik desa, membangun desa. Mirip Thanos di segmen akhir The Avengers: Infinity War. Mulia betul.

So, punya calon mantu yang peduli dengan asal, punya bibit kuat karena rajin minum susu? No more discussion.

5 Elok, Ramah dan Humoris.

Tak perlu penjelasan lebih lanjut, cukup lihat tagline Boyolali:

Boyolali TERSENYUM (Tertib, Elok, Rapi, Sehat, Nyaman untuk Masyarakat). Sangat memanusiakan manusia.

Yuk ah, jangan jomblo terus. Semoga Boyolali akan selevel dengan Bekasi.

***

www.ryokusumo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun