Karena anda pasti belum baca tulisan ini.Â
1. Sederhana
Boyolali, secara geografis masuk dalam kategori Solo Raya, sehingga tak lepas dari karakter wong Solo yang sederhana dan tidak neko-neko. Mereka tidak akan pernah sakit hati meskipun belum pernah tidur di Hotel berbintang karena tidur bersama keluarga adalah segalanya.
Eyang saya yang dari lahir hingga wafatnya mayoritas berada di Solo sedikit banyak mewarisi sifat ini. Tidak pernah macam-macam kecuali nasi putih harus hangat dan pulen.
Untuk yang wanita, cermat dan hemat dalam mengatur keuangan, karena jika bukan kebutuhan maka pantang untuk keluar uang. Sehingga calon menantu yang seperti ini layak untuk dipertimbangkan lolos tanpa test.
2. Cerdas
Boyolali adalah kota penuh sejarah, dimulai dari sejarah Ki Ageng Pandan Arang yang erat dengan Sunan Kalijaga, hingga tahun 1955 dimana Boyolali menjadi kota "merah" dimana PKI meraup lebih dari 150 ribu suara.
Pun selepas 1965 gerakan-gerakan kiri masih tampak di kabupaten yang bernama latin Crocodile Forget ini, termasuk gerakan Merapi-Merbabu Complex besutan om Suradi Bledeg, meskipun grup yang namanya lebih mirip komunitas motor ninja ini bukan sepenuhnya kiri, hanya berasal dari barisan sakit hati gerombolan yang ditolak masuk TNI, hanya disusupi.
Tak dapat dipungkiri, Boyolali menjadi kabupaten yang sarat dengan politik, meskipun gerakan kiri telah tumpas tapi menunjukkan bahwa warga Boyolali bukan warga yang bodoh. Mereka melek politik, mereka paham ekonomi.
Kecerdasan itu menurun ke Laksamana Widodo AS, pria kelahiran Boyolali yang pernah menjadi Panglima TNI dan yang pertama bukan dari Angkatan Darat. Pun ke SK Trimurti, tokoh anti-kolonial dan ex Menteri Tenaga Kerja era Perdana Menteri Amir Sjarifuddin.
Jadi, jangan sekali-sekali meremehkan Boyolali, kota sarat sejarah. Boyolali bukan kota jual tampang tapi jual kualitas.