Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Jakarta City Marathon Ditunda, Karena Politik?

22 Oktober 2018   14:16 Diperbarui: 7 November 2018   10:20 4076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta City Marathon ditunda! Begitu kabar dari instagram official @mandirijktcitymarathon, bahwa event marathon yang akan diadakan pada hari Minggu kemarin (21/10/2018) dan konon akan menjadi race idaman ibukota ini diundur hingga Desember 2018, resminya belum pasti, yang artinya diundur entah sampai kapan.

Penundaan event race itu biasa, Palu Marathon bahkan dibatalkan H-1 akibat bencana alam. Nah yang tidak biasa adalah Jakarta City Marathon (JCM) ditunda di H-3 tanpa ada alasan yang jelas. 

Menurut panitia dari Bank Mandiri menjelaskan bahwa uang pendaftaran bisa di kembalikan, tapi bagaimana dengan uang akomodasi? Sedangkan event Jakarta City Marathon adalah event internasional. Banyak peserta lari dari seluruh Indonesia yang telah memesan tiket dan penginapan, yang mananya nilainya lebih besar dari uang pendaftaran. Tentunya sangat mengecewakan dengan alasan yang "gantung".

Alasan panita disebut karena hujan dan ada kajian ulang demi kenyamanan pelari. Padahal, hujan dalam seminggu ini gak deras-deras amat. Pun hujan justru kadang menyejukkan pelari itu sendiri. Kajian? Jakarta City Marathon di insiasi sejak Juli 2018, lah selama ini ngapain aja?

Lari = Gaya Hidup = Bisnis

Lari marathon, tak pelak telah menjadi event gaya hidup sehat masyarakat jaman now. Race Organizer sebagai penyelenggara event biasanya mengadakan bukan hanya lari full marathon sepanjang 42,195 km yang menjadi menu utama, tapi juga kategori half marathon, jarak 10 km, 5 km hingga family run 1,5 km.

Di era 2010'an, antuasiasme masyarakat akan olah raga lari sangat luar biasa, nyaris seluruh event race itu sold out.

Contoh saja Milo Nestle yang konsisten sejak tahun 2004 mengadakan lari 10 km dan 5 km di Jakarta. Tanpa harus ada kategori full marathon pesertanya pernah membludak hingga diatas 15 ribu peserta.

Sedangkan event major marathon Indonesia seperti Jakarta Marathon, Bandung Marathon, Borobudur Marathon, Bali Marathon, Jogja Marathon hingga Toraja Marathon pesertanya tak pernah kurang dari 7000 peserta.

Dengan uang pendaftaran yang tidak murah untuk satu race ini. Misal dengan rerata setiap lokasi race dari Jakarta, Bandung, Bali dan Jogja saja, event full marathon (FM) mematok harga rata-rata 500 ribu rupiah, untuk half marathon (HM) sebesar 400 ribu rupiah, 10 km seharga 250 ribu rupiah dan 5 km seharga 200 ribu rupiah.

Asumsikan dengan maksimal 10 ribu peserta untuk total semua kategori, maka sedikitnya 3 milyar rupiah omzet yang bisa di hasilkan untuk satu hari race. Belum lagi perputaran uang dari akomodasi seperti pesawat, kereta api dan tentunya hotel plus larisnya tempat kuliner di daerah sepanjang race berlangsung. Event marathon telah menjelma menjadi acara sport tourism, berimbas pada pendapatan daerah.

Bagaimana dengan Jakarta Marathon? Perbandingan saja, untuk kategori Full Marathon, biayanya sebesar 900 ribu rupiah, nyaris dua kali lipat dibanding event yang sama di kota lain.

Jadi, ini bukan cuma soal olahraga, tapi juga soal bisnis.

Sumber: https://www.indopos.co.id/
Sumber: https://www.indopos.co.id/

Penggantian, bukan Perbaikan

Jakarta City Marathon berbeda dengan Jakarta Marathon. Jakarta City Marathon hadir karena ketidakpuasan para pelari, utamanya pelari hobi terhadap event Jakarta Marathon di tahun 2017 yang disebut sebagai event Jakarta Marathon terburuk sejak di pertama kali di adakan pada 2013.

Jalur lari yang tidak steril dan waktu start yang tidak tepat menjadi alasan utama. Inspiro sebagai Race Organizer utama dari Jakarta Marathon mendapat kritikan dan hinaan pedas.

Atas alasan itu, munculah dengan "tiba-tiba" Aliansi Komunitas Lari Jakarta (AKLJ) bersama Bank Mandiri menemui Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sandiaga Uno pada tanggal 26 Juli 2018.

Misi utama AKLJ adalah jelas, ingin membuat event lari marathon di Jakarta lebih bergengsi, lebih rapi, bahkan setaraf Bali atau Borobudur Marathon yang di tahun 2017 mendapat predikat event marathon terbaik. AKLJ membawa misi sejuta umat.

Ide AKLJ didukung oleh Sandiaga, dan otomatis di dukung oleh segenap komunitas lari yang memang menginginkan event Jakarta Marathon yang lebih baik.

"Terus, sampeyan jadi ikut gak?"

"Kalo ada yang aneh-aneh, insting saya jalan duluan gus.." Jawab saya.

Bayangan awal, AKLJ dan Pemprov DKI ingin mendobrak Inspiro di Jakarta Marathon agar lebih serius menggarap event. Atau bahkan mengganti Inspiro sekalian.

Tapi ternyata tidak, AKLJ bersama Bank Mandiri justru membuat event tandingan, yang waktunya hanya seminggu lebih cepat dari older brother, Jakarta Marathon. Ditambahkan embel-embel City untuk membedakan. 

Sekedar catatan, Bank Mandiri adalah sponsor utama Jakarta Marathon sejak 2013 hingga 2017. Dan tiba-tiba berbelok ke Jakarta City Marathon di 2018.

Politik?

Muncul pertanyaan, kenapa tidak Inspiro saja yang diganti?

Usut punya usut salah satunya karena Inspiro diduga sudah memiliki "kontrak" dengan Pemprov DKI sejak 2013 hingga konon, di atas tahun 2020. Saat itu, Inspiro "berkontrak" dengan Pemprov DKI yang masih di jabat oleh Gubernur Joko Widodo dan Wakilnya Ahok. Singkat kata, Inspiro identik dengan Jokowi-Ahok.

Jadi untuk mengganti Inspiro adalah hal yang tidak mudah, karena kemungkinan akan menyalahi kontrak dan Pemprov DKI saat ini akan bermasalah dengan hukum.

Adalah AKLJ yang di wakili oleh mantan Ketum PASI, Teguh Anantawikrama yang di support oleh Wagub DKI saat itu, Sandiaga Uno untuk menggelar event "tandingan" itu. Siapa Teguh? Atau lebih dulu kita bertanya, siapa itu AKLJ?

AKLJ atau Aliansi Komunitas Lari Jakarta, ternyata cukup sulit menemui asal usulnya di google, bahkan hingga page akhir tidak ditemukan informasi mengenai AKLJ selain pertemuan tim AKLJ dengan Sandiaga Uno dan event Jakarta City Marathon itu sendiri.

Maka bisa diambil secuil kesimpulan, bahwa AKLJ dibentuk khusus untuk "melancarkan" event tandingan tersebut, memakai istilah "komunitas" sebagai bentuk penguatan aliansi bahwa AKLJ didukung oleh komunitas lari di Jakarta.

Sedikit bukti ialah banyaknya kawan-kawan yang bingung dengan munculnya AKLJ ini, darimana dan pernah eksis apa tak pernah ada infonya. Bahkan ada kawan yang di facebook nyeletuk "jangan-jangan aliansi hoaks?"

Sedangkan Teguh Anantawikrama sendiri adalah tokoh yang sudah malang melintang di dunia pelarian, para kawan runners sering mengatakan jika ingin ketemu Teguh temuilah di CFD Semanggi jam 9 pagi di hari Minggu. Beliau sendiri adalah mantan Ketua Umum PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) JAYA. Kontribusinya tak diragukan.

Yang menarik adalah keaktifan beliau di luar dunia lari, sempat berkarir sebagai top management di Bakrie Telecomm sebagai Executive Vice President dan juga saat ini menjadi Chief External Affair Officer di ANTV. Dua-duanya milik grup Bakrie dimana Indra Uno sebagai salah satu Komisaris.

Selain dari itu, beliau juga aktif di Kamar Dagang Indonesia (KADIN) sebagai Ketua Komisi Tetap Akses Permodalan UMKM. Tak heran jika beliau dikenal dekat dengan Cawapres no urut 02, Sandiaga Uno. Terlihat dari beberapa foto di sosial media yang memperlihatkan keakraban mereka, baik di dunia lari, maupun di dunia bisnis.

So, seperti diketahui bersama hingga saat ini, kemana arah politik grup Bakrie meskipun Golkar sendiri terpecah dua kubu, antara kubu Bakrie yang masih dalam posisi mendukung Prabowo-Sandi, dan kubu Golkar sendiri yang masuk ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin.

Dari latar belakang Teguh itulah amat wajar jika muncul spekulasi bahwa Jakarta City Marathon dan Jakarta Marathon adalah pertarungan kubu no. 01 dan 02 di Pilpres 2019 dalam olahraga.

Pun tidak bisa disalahkan juga, karena posisi Jakarta City Marathon seperti "menggunting dalam lipatan". Mencolok dari sisi waktu, Jakarta City Marathon diadakan pada tanggal 21 Oktober 2018, sedangkan Jakarta Marathon jauh-jauh hari sudah mengumumkan di adakan pada tanggal 28 Oktober 2018. Hanya selang seminggu.

Kenapa harus mepet kawan? Padahal masih ada bulan November atau Desember bukan? Apakah dalam selang seminggu jalanan Jakarta yang super padat harus di sterilkan 2x demi acara lari marathon yang notabenenya adalah acara hobi?

Jika saya di posisi pak Polisi, saya akan geleng-geleng kepala sambil ngoceh "capek-capekin aja..."

Di koran bahkan saya sempat membaca jika Pandi Buntaran, Course Technical dari Mesa Race sebagai Race Organizer berkata jika "Gunung itupun meledak Kamis pagi"

Apa yang dimaksud dengan gunung dan ledakan? Apakah memang race ini sudah memiliki tekanan sejak awal?

Hehe, dan olahraga ini pun menjadi semakin menarik saja. Let's run!

***

Di posting awal di www.ryokusumo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun