Tapi kembali lagi, tuduhan bahwa kubu oposisi bermain playing victims terlalu dangkal. Prabowo cs pun pasti berpikiran yang sama dengan Projo.
Nah tapi, ketika berita ini tersebar, muncul pernyataan FPI yang meresahkan, bahwa kejadian Ratna adalah pemicu bahwa 'musuh-musuh sudah menabuh genderang perang'.
Perang yang mana wahai saudaraku? Musuh yang mana?
Bahkan pernyataan itu tidak didukung fakta forensik yang valid, legal dan bertanggung jawab.
Tidak ada dari kedua belah pihak yang ingin negara ini hancur. Kembali ke awal, isu seperti ini hanya akan membuat dagangan mereka hancur sendiri.Â
Terutama Petahana, politik santun yang ditunjukkan selama ini bisa hancur berantakan. Percuma keluar duit milyaran dari kedua kubu.
Jadi beralasan jika melihat gelagat FPI bahwa ada pihak-pihak yang ingin mengadu domba. Bahkan sudah di depan mata. FPI sebagai corong depan masyarakat agamis garis kanan harusnya bisa menahan diri.
Kemudian saya pun bertanya, FPI sebenarnya paham intrik kasus ini dan akan dibawa kemana kasus ini? Ataukah FPI justru tidak paham dan hanya terpancing sesaat?
Sehingga keprihatinan besar pun melanda, apakah kita akan dibawa ke zaman devide et impera?
---
update: Ratna Sarumpaet telah menggelar jumpa pers dan mengakui perbuatannya. Dia mengaku kabar dirinya yang dianiaya orang itu tidak benar.