Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jawaban Mengapa Kita Harus Membeli Freeport dan Bukan Menunggu

30 September 2018   16:29 Diperbarui: 30 September 2018   17:03 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, saya dan Gudel, menyempatkan berlari pagi di kawasan CFD, Jakarta. Sehabis berlari seperti biasa kami sempatkan juga untuk sarapan bubur ayam, kopi hitam dan kretek. Nah, di saat sarapan itulah mucul pertanyaan-pertanyaan kritis dari sohib saya itu.

"Mas, alhamdulillah akhirnya nanti Indonesia punya Freeport juga ya, ndak sia-sia kerja pemerintah" Ujar Gudel.

"Hehe, ya mantap kan, akhirnya Freeport yang biang ribut puluhan tahun itu benderanya merah putih juga" Respon saya.

"Tapi mas, ada yang nanya, kabarnya kontrak Freeport itu kan sampai 2021, kenapa gak kita tunggu saja sampai 2021, kan gratis mas, toh Freeport itu kan di negara kita, punya kita, ngapain kita harus beli?"

Wah kritis juga teman saya ini, lulusan pesantren tapi cendikia juga.

"Nah, gini del. Freeport itu kan gak ujug-ujug nambang di Indonesia, mereka menambang itu dari jaman bahoela, sejak zaman bapak ibu mu masih perjaka, dan kamu masih berbentuk sel yang belum jadi cairan" Jawab saya perlahan.

"Dengan waktu selama itu. Pertama, mereka kerja di Indonesia, ambil emas pasti ada dasarnya. Yaitu kontrak kerja, namanya Kontrak Karya. Nah di dalam kontrak karya pasal 31 ayat 2 tahun 1991, berbunyi:

"Subject to the provisions herein contained, this Agreement shall have an initial term of 30 years from the date of the signing of this Agreement; provided that the Company shall be entitled to apply for two successive ten year extensions of such term, subject to Government approval. The Government will not unreasonably withhold or delay such approval. Such application by the Company may be made at any time during the term of this Agreement, including any prior extension."

"Nih ku kasih linknya, baca sendiri" Ujar saya sambil menyantap sate usus.

"Lha, artinya apa ini mas? Aku ndak ngerti basa inggris"

"Ah, paijo. Artinya, perjanjian ini untuk 30 tahun kedepan, dan Freeport berhak untuk mengajukan dua kali perpanjangan selama sepuluh tahun, sepanjang disetujui Pemerintah. Dan Pemerintah tidak boleh menunda dengan alasan yang ndak wajar" Jawab saya.

"Nah, kalimat terakhir ini yang 'menjebak' kita selama bertahun-tahun" Sambung saya.

"Kedua del, kalaupun Freeport kita ndak perpanjang, artinya di tahun 2021 kita bakal menghadapi persoalan yang lebih besar"

"Apa itu mas" Tanyanya.

"Pertama, menurut Pasal 22 ayat 1 Kontrak Karya mengatur, jika perjanjian tidak diperpanjang, semua kekayaan milik perusahaan yang bergerak atau tidak bergerak yang terdapat di wilayah-wilayah proyek harus ditawarkan untuk dijual kepada pemerintah dengan harga atau nilai pasar tidak lebih rendah dari nilai buku".

"Artinya, nilai aset kekayaan si Freeport itu harus kita beli,  dan parahnya kita ndak boleh nawar lebih rendah dari nilai taksiran" Sambung saya sambil menyerutup kopi panas.

"Wah, belum paham saya mas" Ujar Gudel.

"Gini del, misal kamu punya usaha besi baja, tempatnya kamu sewa ke H. Rustam misal.  Lalu tiga tahun lagi ternyata H. Rustam mau pake tempatnya dia untuk usaha yang sama dengan kamu del, tapi kamu ndak disitu lagi. Kira-kira H. Rustam ngapain del?" Tanya saya.

"Ya pak Haji sebaiknya beli alatku sekalian mas kalo memang usahanya sama" Jawab Gudel.

"Nah, sama dengan Freeport. Ini bukan cuma sebaiknya beli, tapi Indonesia harus beli seluruh alat dan investasinya si Freeport yang ada di pasal 22 ayat 1 tadi, harganya ndak boleh ditawar"

"Edian, wah, kalo gitu sama saja kita ndak bisa usir Freeport dari Indonesia donk mas?"

"Lha memang iya, Freeport dan Pemerintah jaman dulu membuat segala sesuatunya untuk Freeport bisa stay di Indonesia. Nah untuk seluruh aset dan investasinya yang kita harus beli semua, kamu tau berapa nilainya?" Tanya saya.

"Ndak tau mas"

"Delapan puluh enam trilyun del, kalau kita beli sahamnya 51% kayak sekarang itu harganya lima puluhan trilyun. Bayangkan jika kita lepas begitu saja Freeport, kita harus bayar lebih mahal tiga puluhan trilyun, itu kerugian negara del" Ujar saya.

"Wih..ckckck, tiga puluh trilyun mas? Weladalah.."

"Kedua, kita masih belum mumpuni ilmunya untuk menggarap liang emas segede itu..itu termasuk unit pertambangan paling beresiko di dunia, bayangkan, 2021 itu sebentar lagi lho, perusahaan di Indonesia belum sanggup, mau itu liang malah mangkrak? Klo mangkrak malah bahaya, goyang sedikit tertimbun lah itu seluruh aset dan manusia di dalam situ, ngeri, biayanya lebih mahal" 

"Lha iya mas...ckckck, tiga puluh trilyun?..ckckck" Gudel masih takjub.

"Itulah Amerika, emang kau kira mereka kontrak rumah trus bisa kau usir sesuka hatimu apa?  Mereka cari cuan, cari untung del, sudah untung minta untung lagi..terus dan terus..emang kamu kira, mereka angkat kaki gitu saja dari Indonesia tahun 2021 trus mereka gak bawa apa-apa? Ndobos, bullshit" Jawab saya.

"Apalagi Freeport punya harta terpendam yang luar biasa, Grasberg itu tambang emas nomor dua di dunia, hanya kalah oleh Muruntau, Uzbekistan. kandungannya senilai lebih dari seribu trilyun. Seribu trilyun del! Pantas untuk kita perjuangkan, setidaknya kita jadi pemegang mayoritas, bukan cuma kayak dulu" Sambung saya berapi-api.

"Ckckck...lha terus mas, ada yang nanya juga, Pemerintah beli Freeport, beli blok Rokan dll, tapi malah ndak beli Indosat, makanya Pemerintah dibilang ingkar janji, yang gitu gimana mas?" Tanya Gudel.

"Del, cah bagus, misal aku janji belikan kamu sepeda, eh ternyata besoknya kamu ku belikan motor, buat modal ojek online..kamu pilih yang mana?"

"Ya yang motor lah mas"

"Lha yasudah.." Jawabku sambil mengembuskan nafas kretek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun