Saya pun ikutan bersemangat, beberapa proyek revitalisasi pabrik gula di pulau Jawa di tunda, alasannya belum mendukung Cogeneration & Bioethanol, hanya meningkatkan kapasitas.
Medio 2018, dengan konsep yang diperbarui, proyek pun di jalankan kembali, tapi dengan syarat tambahan: Harus didukung technology provider.
Menarik, technology provider adalah perusahaan penyedia teknologi yang bisa menjamin teknologi yang dipakai sesuai harapan. Perusahaan tersebut tentu harus canggih, Indonesia punya perusahaan yang mumpuni, baik BUMN maupun swasta, ah aman, pikir saya.
Tapi ternyata saya salah, technology provider ditetapkan dari dua negara. Dari Thailand dan dari India. Tidak ada satupun dari negeri sendiri. Potensinya adalah pemakaian produk dalam negeri (TKDN) akan berkurang. Opini saya, instruksi Presiden diterjemahkan agak lain oleh beberapa pihak. Dengan alasan, Indonesia belum mampu. Entahlah...
So, Dari situlah, berujung saya harus berbagi cerita dengan supir taksi Tamil yang ramah ini.
"Haduh boss...ternyata, yang manis-manis gak selalu rasanya manis," ujar saya.
Dia pun tertawa, memamerkan gigi samping kirinya yang bolong, sambil berkata,
"Cppialm!!!"
Kira-kira artinya.."Makan tuh!!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H