"Tentu ada, surga diperuntukkan untuk para penjaga bintang, yang ikut bersinar walau tak terlihat"
"Aku ingin menjadi penjaga bintang, tuan"
Pria itu tersenyum
***
50 tahun kemudian
Di sebuah majlis, terdapat diskusi hangat cenderung mendidih sedang berlangsung.
"Itu bid'ah!" Teriak salah seorang pemuda anggota majelis. "Mengapa Ustad membiarkan saja ketika orang tadi itu memberikan undangan soal slametan? Hah? Apakah sudah terkotori kah masjid ini sehingga begitu mudahnya kebudayaan masuk tanpa ada saringan? Syirik dan bid'ah masih bebas berkeliaran disini"
Sang Ustad, terdiam, beliau masygul, seorang pemuda tampan dan alim berani berkata demikian. Apa memang ini hasil didikan sekolah-sekolah agama yang harganya selangit itu. Luar biasa.
"Biarkan saya yang menjawab, wahai ustad" Ujar seorang wanita paruh baya dari arah belakang.
"Oh, silahkan ibu, semua berhak dengan ilmunya"
"Terima kasih ananda yang baik, memang haknya jika anda berkata demikian, bahkan saya berterima kasih untuk semangatnya yang menggebu membela agama. Tapi perlu saya ingatkan bahwa saya sudah terlalu muak mendengar hal yang 50 tahun lalu saya alami, dimana kita masih berbicara soal hal dasar, qunut boleh atau tidak, salaman setelah sholat itu bagaimana atau mengapa Cut Nyak Dien tidak memakai jilbab"