Divisi laut, harus sudah on-time jadwal kedatangan kapal, apa saja isi barangnya, berapa volumenya, tujuan kemana saja. Per barang di beri label yang berisi segala keterangan. Label sudah terdaftar dalam sistem integrasi yang bisa di akses oleh dinas perhubungan darat, sehingga ketika kapal sandar, truk penjemput barang sudah siaga di pelabuhan.
Berapa persen waktu antrian yang bisa dipotong? Banyak pastinya.
Dari pelabuhan yang dituju, truk pengangkut melaju melalui jalan daerah khusus distribusi barang, jalur sudah ditentukan, biaya riil operasional bisa di hitung sehingga harga bisa lebih dikontrol.
Sebetulnya ini sudah di wacanakan, yang bernama inaportnet, dimana 4 pelabuhan besar terhubung dalam satu sistem. Namun masih khusus untuk laut saja, belum terhubung dengan darat dan itupun masih wacana.
Sehingga usulannya, jangan hanya untuk laut, sayang jika tanggung begitu konsepnya. Sekalian untuk transportasi daratnya, karena darat adalah titik terakhir penentuan on time atau tidaknya barang, ketersediaan barang di gudang dll, yang ujung-ujung nya adalah biaya.
Kendala itu bernama Hutang
Lalu apa kendala infrastruktur ini? Utama adalah biaya, ada konsep, tapi biaya kurang. Tentunya butuh investor untuk realisasi konsep tadi, bukan? Di cibir lagi, lho kok hutang lagi?Â
Apa memang kita anti hutang? Orang yang mencibir kebanyakan adalah orang yang belum pernah merasakan start-up bisnis sendiri, belum merasakan bagaimana berkali-kali ditolak bank, di tolak mertua, di tolak teman sejawat untuk pinjam uang sekedar bikin usaha tahu bulat. Coba bayangin!
Lha ini, 35.000 MW, plus jalan raya, plus tanki. Hei, ayo bangun! Jangan cuma baca dinding fesbuk caci maki atau twitwar yang lagi ramai. Coba baca ini:
Disini..disini juga ..disini juga.
Secara gamblang, hutang Indonesia itu sekitar 60% dari PDB, bandingkan dengan India yang sebesar 110% atau Tiongkok yang 230% dari PDB. Malaysia? weleh-weleh, tetangga kita itu malah punya hutang 250% dari PDB. Indonesia bahkan naik peringkat menjadi BB+ atau positif dari Standard & Poor credit, dari sebelumnya stabil.
Kita enggak pernah lepas dari yang namanya hutang, hutang bukan sebuah momok. Hutang menjadi produktif atau tidak tergantung siapa yang pegang. Kita dari dulu ya hutang, ada hutang untuk subsidi, ada hutang untuk proyek mangkrak, dan ada hutang yang khusus untuk dikorupsi berjamaah.