“Kamu tahu gak, kalo memakai cadar di dalam Islam itu hukumnya bukan wajib?” Tanyanya.
“Hmm..ya, saya bukan jago agama, tapi saya pernah dengar.”
“Terus terang aja.” Matanya mulai serius . “Keluarga saya bermahzab Hanafi, dan hampir di semua Mahzab mengatakan kalau wajah wanita bukanlah aurat, kalau wajah di anggap aurat yang wajib ditutup logisnya ketika Sholat pun harus ditutup.”
“Tetapi menutup wajah dengan cadar adalah baik jika tujuannya untuk menghindari syahwat laki-laki.” Sambungnya. “Dan inilah yang saya lakukan.”
“Ada alasan logis?”
“Logis? Tentu aja ada. Nih, pertama, maaf, menurut teman-teman saya, saya memiliki wajah cantik yang menarik, karena wajah saya ini saya pernah dilamar laki-laki di umur 14 tahun, bukan satu tapi tiga. Ya jelas saya tidak mau. Saya masih mau sekolah, kerja dan lainnya”
“Tiga?”
“Iya, bukan cuma di umur 14 lho, tapi berlanjut hingga kuliah, bayangin itu juga termasuk teman sekolah saya, coba bagaimana repotnya orang tua saya menolak lamaran sana-sini.” Ujarnya. “Akhirnya selesai kuliah, ya saya bercadar, karena niat saya tidak mau mengundang syahwat laki-laki, itu aja.” Sambungnya. “Logis kan?”
Penulis pun termanggut-manggut, penjelasan yang logis dari Syabila, memang Syabila ini memiliki mata yang luar biasa, pastilah dia memiliki wajah yang super cantik juga. Sehingga penjelasan ini cukup membuka mata penulis yang terkadang memandang wanita bercadar itu sesuatu yang identik dengan ekstrimis.
“Banyak alasan kami memakai cadar, pertama karena kecantikan, kedua karena debu dan udara panas, ketiga karena perintah suami dan lain-lain. Jadi yang memakai (cadar) ya tak apa, yang tidak memakai pun tak apa.” Sambungnya.
Syabila hampir tertawa terbahak ketika penulis menyebutkan bukan hanya soal cadar-cadaran, bahkan di Indonesia sudah ada jilbab dengan label halal dari salah satu merek, dan adanya iklan dari merek tersebut yang berkesan selain merek yang disebutkan maka jilbab belum tentu halal.