Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menyambut Era Emas Hitam yang Semakin Hitam

12 April 2016   18:30 Diperbarui: 12 April 2016   19:37 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Courtesy: Dok Pribadi, 2016"][/caption]Malam itu penulis dibuat kaget. Ketika sedang asyik berjalan-jalan dengan keluarga, tiba-tiba dikejutkan dengan pertunjukan yang tidak biasa. Bukan, bukan pertunjukan sirkus kuasa hukum yang loncat dari Monas lalu disoraki sebagai bahan gratis tontonan rakyat. Sekali lagi bukan, wong tempatnya saja beda. Ini bukan di Monas, ini di POM bensin, jauh pula.

Pertunjukan yang penulis maksud adalah adanya antrean mobil yang mengular persis seperti di Jakarta, persis. Bedanya, di sini jarang ada motor saja. Semua mengantre isi BBM, seperti takut kehabisan, bahkan banyak Arabian yang membawa galon besar-besar. Ada apa ini?

Ternyata, mulai malam itu, harga BBM di negeri Qatar resmi dinaikkan. Bensin kelas super RON 97 naik 30% dari QR 1/liter menjadi QR 1.3/liter, kelas premium RON 90 naik 35% dari QR 0.85/liter menjadi QR 1.15/liter. Walah kirain ada apa, memang kenapa harus kaget-kaget begitu, bukannya di Indonesia sering banget?

Ya, jika itu di Indonesia, tapi ini di Qatar, negeri yang diklaim memiliki sumur gas abadi terbesar dunia dan cadangan minyak yang juga masuk 10 besar. Lagi pula, naiknya harga ini bukan cuma di Qatar, tapi juga di Gulf Country (GC) lain, seperti Saudi, Bahrain, dan Kuwait, di mana harga BBM lebih murah dari air mineral 1,5 liter.

Di dunia migas, perang harga minyak masih terus berlanjut. Perang yang melibatkan dua kubu; kubu OPEC dan USA. OPEC dengan minyak konvensional dan USA dengan shale oil. Dari USA telah banyak jatuh korban, lebih dari 30 perusahaan drilling minyak ditutup, ratusan perusahaan rantai pasok gulung tikar, operator-operator migas raksasa semacam Chevron, Exxon, dan Total Prancis harus merelakan ribuan gugurnya kontrak karyawan atau memotong gaji tahunan karyawan tetap. Dunia migas miris, perih teriris.

Hal itu berlaku juga bagi kubu OPEC, tetapi tampaknya kekuatan luar biasa OPEC masih mampu menahan dirinya dari jatuhnya korban. Saudi Aramco masih bertahan meskipun Saudi keteteran juga dengan terpaksa menerbitkan obligasi untuk menutupi kasnya. Qatar Petroleum sempat berdarah-darah. Demikian juga dengan Adnoc Abu Dhabi, belum jika menghitung banyaknya perusahaan rantai pasok dari Iran dan Venezuela.

Tapi, tolak ukur kemapanan OPEC dilihat dari seberapa kuat Negara GC mempertahankan harga BBM. Dan sekarang itu pun jebol, subsidi mulai ditarik perlahan yang artinya krisis harga minyak dunia akan semakin berlanjut.

Bagaimana dengan Indonesia?

Penulis secara tidak langsung mendapat ucapan "selamat" dari rekan-rekan di GC karena Indonesia justru menurunkan harga BBM di saat yang lain sibuk menghitung berapa kenaikan harga. Mungkin mereka masih berpikir bahwa Indonesia adalah eksportir, sehingga sedikit ironis ketika harus menyebut bahwa Indonesia saat ini adalah net importir, bukan exportir lagi. Sedih, tapi juga merasa beruntung.

Beruntung, karena di saat krusial ini, justru Indonesia diuntungkan dengan turunnya harga minyak. Sebagai importir, Indonesia bisa membeli minyak di harga murah. Lagi pula Indonesia sudah mengalami kenaikan harga minyak yang cukup tinggi.

Mari lihat grafik di bawah.

[caption caption="Grafik Ekspor Impor Minyak Mentah, Dok Pribadi"]

[/caption]Coba lihat, Indonesia sudah resmi menjadi net importir sejak 2004. Di luar hitung-hitungan, apa yang dilakukan oleh Pemerintahan SBY sudah sejalan dengan konsep importir, harga minyak dunia yang naik 390% dari 2002 ke 2008 masih bisa diredam dengan kenaikan BBM jauh di bawah itu (175%) dengan subsidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun