[caption caption="Photo by: Maulana Marjuki -www.fotografindo.com-"][/caption]Aku, Jakarta
Aku yang bising, berisik, hingar dan bingar
Aku yang tak pernah terlelap walau sedetik
Aku yang menjadi saksi, hidup kalian semua
Â
Ya, kalian
Â
Kalian yang bemulut besar
Kalian yang selalu mengeluh, gundah yang tak kunjung henti
Kalian yang berjalan di atas telapak tangan ku
Kalian yang tak mengenal siang dan malam
Â
Kalian yang sibuk
Â
Sibuk sana sini
Sibuk mencari urusan perut dan kerongkongan
Sibuk dalam realitas semu
Sibuk hilir mudik dengan segala fasilitas yang kalian temui
Â
Temui dengan mudah, sangat mudah
Temui hanya dengan sepotong jari bantet dan bau, kalian pun berlenggang menyusur waktu
Temui hanya dengan lambaian, maka perut kalian yang mengerang derita pun akan diam
Temui hanya dari segenggam kotak hasil peradaban
Â
Begitu mudahnya kalian hidup di atas telapak tangan ku
Â
Tapi, setiap hari yang kudengar adalah gonggongan anjing yang melayat tuannya
Tapi, yang kurasakan adalah kepedihan dan kehancuran
Â
Kalian melukaiku
Â
Kalianlah yang membuatku bobrok
Kalian yang selalu berteriak bagai orang gila, berteriak rumah kalian tenggelam setiap hujan turun, tapi..
Kalian…nah, kalian..dengan wajah polos menyakitkan melempar seonggok sampah bernoda di pipiku
Kalian yang menodai wajahku, wajah yang telah menua tanpa mascara
Â
Kalian mengeluh setiap waktu tak kunjung henti, dan saat ini..
Kalian ribut lagi tentang pemimpin di depan mataku, dengan segala tetek bengek ocehanmu
Kalian ributkan syarat, bahkan..
Kalian ributkan persukuan kalian, kalian ributkan agama kalian, kalian ributkan moral kalian!
Â
Di depan mataku!! Dasar pecundang!!
Â
Akulah saksi Tuhan
Akulah saksi yang tak mungkin berbohong
Akulah saksi dari beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun yang lalu
Aku lah saksi yang melihat, siapa saja yang menghias wajahku dan siapa saja yang merusak wajahku
Â
Dan kalian, disini
Berbicara moral
Bahkan berterima kasihpun kalian lupa, sadarkah kalian!
Â
Tapi..
Aku akan tetap disini, menunggu
Menunggu seseorang yang selalu merinduku,
Â
Rindu pada hingar bingar, rindu klakson kendaraan yang saling berlomba
Rindu akan wajah-wajah pekerja keras di jalanan, rindu gemerlapnya lampu yang mempercantik diriku
Rindu akan hiruk pikuk panganan yang tersebar disetiap sudut bibirku
Rindu ingin bercinta di atas perutku, bercinta dengan penuh gelora
Â
Seseorang yang selalu menunggu petang dengan aroma kopi
Seseorang yang berteduh di bawah bulu mataku dari hujan
Seseorang yang berbincang denganku dan mencintaiku dengan segala kebobrokanku
Seseorang yang tidak berkoar, melainkan senyap dalam doa
Â
Ya itu kamu, aku, kami dan kalian..
Toh, aku tetap disini, meyaksikan hari esok yang akan menjadi saksi kalian di hari akhir nanti
Â
*Untuk Jakarta-ku
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI