Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

2015: Ini Tentang Mimpi!

29 Desember 2015   11:51 Diperbarui: 29 Desember 2015   15:34 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Courtesy: www.dreamtime.com"][/caption]Tiga hari lagi kita menyambut tahun baru 2016.

Istimewakah? Tidak, biasa saja. Setiap tahun kan kita tahun baru, istimewanya dimana? Jawaban ini selalu menjadi teka-teki, apalagi kalau teka-tekinya semerdu Raisa.

Sungguh, tahun baru tidaklah se-istimewa datangnya kesempatan untuk menyuruput kopi hitam di sore hari dengan sedikit berbau knalpot kendaraan khas Jakarta, ah..itu tak ternilai. Sungguh.

Setidaknya jika penulis mencoba melihat kebelakang apa sudah terjadi pada tahun 2015. Maaf kalau cerita ini berbau narsisme, yang pasti tulisan ini tidak membawa benciisme. Walaupun KMP dan KIH terus bercinta dengan pongah, yakinlah tulisan ini tetap berbau optimisme.

2015 adalah tahun dimana penulis berkenalan dan jatuh cinta pada pandangan kesekian kalinya dengan Kompasiana. Bermula dari mencari artikel di google, ternyata bukan hanya artikel yang didapat tapi juga hidayah bahwa disinilah tempat bernaung penulis-penulis handal, produktif, aktif, kritis dan sedikit apatis hingga pada akhirnya candu itu datang. Duh Gusti.

Tapi, berkenalan dan jatuh cinta bukanlah yang terbesar ditahun 2015. Yang terbesar adalah keputusan penulis untuk berhijrah. Hijrah bekerja di luar dari impian yang pernah penulis angankan. Mungkin inilah kekuatan mimpi. Kata siapa jika kita bermimpi punya minimarket hasilnya kita hanya punya toko kelontong, maka bermimpilah punya supermarket?.

Tidak! Mimpilah menjadi apa saja, mimpilah apa yang bisa kamu mimpikan, bermimpilah dengan liar, bermimpilah dengan penuh nafsu, bercintalah dengan mimpimu, walaupun hanya bermimpi menjadi penjaga palang pintu kereta api.

Karena Allah senantiasa menggenggam mimpi mu dalam siang dan malam. Dan tahukah kawan jika Allah sudah menggenggam mimpi, apakah batasnya? Tidak ada. Hasil mimpimu itu tak berbatas.

Hingga di siang hari di pertengahan 2015 itu, surat berbahasa Inggris  itu penulis terima di Jakarta. Membacanya, seakan tak pernah percaya bahwa Allah masih setia menggenggam mimpi yang telah lewat belasan tahun lamanya. Mimpi yang pernah kandas karena satu hal: Bahasa!! memalukan.

Sedikit cerita dibawah bolehlah sekedar berbagi apa yang pernah penulis rasakan di 2015, tentang hijrah. Sebagai bahan renungan, penyemangat dan bersyukur.

Jakarta, 2015

“Haruskah aku berangkat?”

Itulah kataku di dalam hati pada pagi hari menjelang keberangkatan, berat rasanya meninggalkan segala sesuatu yang ada di sekeliling kita, yang selalu membuat kita merasa dicintai, di kasihi dan dibuat nyaman oleh kebersamaan, begitu pula kita yang sangat mengasihi mereka.

Berat sekali terus terang apalagi ketika melihat putri pertamaku yang entah mengapa, terus menatapku dan selalu minta di gendong. Malam harinya bahkan sempat terbersit di pikiran untuk membatalkan keberangkatanku. Ya, membatalkan!

Tapi untung aku memiliki istri yang selalu menyemangatiku untuk berjuang dan berusaha. Ya ini ikhtiar, dan ini adalah jalan untuk berhijrah, berhijrah untuk penghidupan yang lebih baik, untuk menaikkan derajat hidup diri, keluarga dan orang sekitar, perjuangan untuk iman dan selebihnya adalah mereguk pengalaman yang amat sangat langka.

Sesungguhnya iman kita betul-betul diuji kala itu ketika kita berat meninggalkan apa yang kita cintai. Benarlah kawan apa kata Nabi, bahwa setan akan selalu menggoda kita untuk berhenti berikhtiar.

Disaat begini aku jadi teringat kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam, dimana beliau diperintahkan Allah untuk meninggalkan anak yang masih menyusi, Ismail Alaihissalam dan istrinya, Siti Hajar di tengah padang pasir yang kering dan panas. Dengan ikhlas Nabi Ibrahim pun menuruti perintah Allah, demikian juga istrinya.

Demi hal yang lebih baik lagi di kemudian hari, bahkan yang kita rasakan hingga saat ini. Sumber air Zam-Zam dan kota Makkah yang diberkahi, yang menjadi pusat ibadah kaum muslimin diseluruh dunia, itu adalah hasil ikhtiar Nabi Ibrahim. Belum lagi kisah Rasullullah SAW yang berhijrah ke Madinah, juga demi tujuan yang lebih baik.

Dan masih banyak lagi kisah-kisah lain tentang berhijrah yang luar biasa. Jika di zaman dahulu yang belum ada internet, telepon bahkan belum ada surat menyurat saja orang rela dan ikhlas. Masa' iya di zaman internet, wifi, telepon, video call di line, skype, WhatsApp, belum lagi update status di facebook dan path kita masih berat? 

Apa kita masih saja manja?. Masih kurang untuk bersyukur? Ah..malu rasanya.  

Dengan ditemani cerita-cerita kekasih Allah nan penuh inspiratif: ” Qatar..I am coming!!, Bismillahi Tawakaltu..Lahaulawalaquwwata Illabillah”

..Aku serahkan segala kekuatan kepadaMu, lindungilah keluargaku, lindungilah aku, permudahkan jalanku dan berikan kami kebaikan dari semua keputusan ini.  Aamiin. 

Itu 2015 ku, mana 2015 mu? #inimimpiku_manamimpimu

 

*Masih mengunggu kawan kekinian update status : "2016, PLEASE BE NICE..!!!"

Gundulmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun