Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kisah tentang Otak

28 Desember 2015   15:49 Diperbarui: 28 Desember 2015   16:48 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi - panahan di Senayan (kfk.kompas.com/Michael Ruru)

Dua jam sudah

Aku bolak-balik keluar-masuk bilik hijau

Mamak bertanya

Sedang apa dirimu

 

Aku sedang bingung, aku ingin menulis

Tulislah... tulislah apa yang ingin kau tulis

Tak bisa Mamak

Menulis butuh otak

 

Otakku sudah tidak ada, kubuang dahulu kala

Bodohnya kau

Mengapa kau buang benda kesayangan Tuhan

Sedari kukecil, aku selalu diledek oleh teman-teman sekolah

 

Katanya aku tak berotak

Bahkan untuk menjawab hitungan pun aku tak sanggup

Lebih baik buang otakmu di tong sampah, itu kata temanku dahulu Mamak

Carilah otakmu, carilah di tong sampah belakang rumah

 

Siapa tahu masih ada

 

Ah mamak, otakku masih ada

Angkat perlahan, pakai sajadah untuk angkat benda kesayangan Tuhan

Baik mamak, sudah kuangkat dan kumasukkan lagi di dalam kepalaku

Bagus, menulislah, bekerjalah

 

Kenapa kau menangis, bukankah otakmu sudah kau temukan

Sudah Mamak

Lalu mengapa menangis

Teman-teman kerjaku Mamak, mereka menghinaku

 

Mereka menghinaku, buat apa pakai otak

Otak tak dibutuhkan lagi

Jika kau bekerja, pakailah lidah

Jika kau menulis, tak usah pakai apa-apa

 

Hah, berani benar menghina

Itu ciptaan Tuhan paling rumit dan paling mulia

Di mana kau kerja sebenarnya bodat

Ingin kutempeleng dan kugosok lidah mereka

 

Di Senayan, Mamak

 

Qatar 28 Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun