Mohon tunggu...
HY
HY Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalis

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Nasabah Terus Meningkat, Bank Mandiri Perkuat Keamanan Digital

20 September 2024   11:04 Diperbarui: 20 September 2024   11:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bank Mandiri terus berinovasi untuk memberikan layanan perbankan untuk para nasabahnya. Digitalisasi layanan jasa keuangan melalui aplikasi Livin by Mandiri yang diluncurkan pada 2 Oktober 2021 mendapat respons positif.

Nasabah aplikasi Livin by Mandiri terus bertambah secara signifikan. Oleh sebab itu, Bank Mandiri meningkatkan layanan digital. 

Vice President Digital Retail Banking Bank Mandiri, Harry Sofri Putranda menjelaskan, transformasi digital yang dilakukan Bank Mandiri termasuk membentuk tim khusus yang menjadi 'satpam digital' sejak 2021 lalu.

"Tugas mereka day to day memonitor dan mengantisipasi cyber attack. Ibarat sebuah rumah, kami menyiapkan lapisan keamanan dari satpam, anjing penjaga, pagar, CCTV, alarm, hingga sniper jika ada serangan yang masuk. Biaya 15 persen kita alokasikan untuk memastikan keamanan siber melalui investasi di bidang IT," katanya dalam acara Media Briefing Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas dengan tema 'Securing the Future: Optimalisasi Fintech dan Transformasi Digital Jasa Keuangan' di Sarinah, Jakarta, Kamis (19/9/2024).

Hingga tahun 2024, Harry mengungkapkan, pengguna aplikasi Livin by Mandiri mencapai 26 juta registered users. Pembukaan rekening juga meningkat drastis hingga mencapai 85 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp1.883 triliun. Bank Mandiri melalui aplikasi Livin bisa meraih laba Rp8 miliar per hari.

Dia mengungkapkan, proses digitalisasi telah mempermudah nasabah untuk mengakses layanan perbankan dari mana dan kapan saja. Proses pembukaan rekening misalnya, kini cukup dilakukan dengan mengunduh aplikasi Livin by Mandiri.

"Dulu prosesnya dalam hitungan hari. Misalnya kita buka rekening hari ini, baru bisa dipakai keesokan harinya. Tapi melalui aplikasi Livin by Mandiri, cukup 15 menit dan rekening bisa langsung dipakai hari itu juga," jelas Harry.

Transformasi yang dilakukan Bank Mandiri, lanjut Harry, dilakukan melalui lima prinsip fundamental. Pertama, meningkatan level kesiapan digital dengan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dari karyawan Bank Mandiri, penguatan performa infrastruktur, dan penggunaan cloud computing models.

Prinsip kedua yakni memperkuat struktur organisasi, personel dan budaya yang dilakukan dalam dua tahun. Salah satunya dengan membentuk tim khusus digital dan mengadopsi budaya cara berpikir dari industri financial technology.

Prinsip ketiga, Bank Mandiri mengembangkan berbagai kanal distribusi untuk menjangkau berbagai kalangan. Untuk nasabah perorangan melalui Livin by Mandiri, kemudian kanal Kopra by Mandiri dengan untuk korporat, Livin Merchant untuk UMKM, dan Smart Branch untuk pelayanan offline.

Harry melanjutkan, prinsip keempat adalah Bank Mandiri terus memperluas ekosistem digital dengan menggandeng lebih dari 600 rekanan dalam proses pembuatan rekening, transaksi perbankan, dan pinjaman digital.

Sementara prinsip kelima, Bank Mandiri menggunakan data analytics melalui kemampuan AI, menghasilkan visual analytics dan memperkokoh manajemen data.

Sementara ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia yang juga dosen FEB UI, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, digitalisasi perbankan telah berdampak pada meningkatnya produktivitas. Saat ini, kontribusi sektor digital perbankan mencapai Rp1.000 triliun. Angka itu memang dalam PDB tidak terlalu banyak. Di tahun 2030 diharapkan, kontribusi terus meningkat mencapai Rp4.500 triliun.

Fithra mewanti-wanti, yang paling penting saat ini di tengah terus berkembangnya perbankan digital, adalah membuat masyarakat melek literasi keuangan. Efek positif sudah dirasakan dengan membuat layanan perbankan semakin inklusif. Namun di sisi lain, fenomena masyarakat yang terlilit pinjaman online terus meningkat.

"Banyak masyarakat terjerat pinjol. Utang mereka dibayar pakai utang. Habis penghasilan mereka untuk membayar utang. Risiko kurangnya literasi keuangan ini menjadi tanggung jawab semua pihak. Kita harus menciptakan manusia yang paham digital teknologi," ujarnya.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun