Setelah dua bulan lamanya menunggu kepastian. Suara tangis haru menyelimuti kediaman Kevin di suatu pagi. Kevin, Gilang dan Mba Dhea memandangi momen pertemuan pertama antara anak yang sudah lama terpisah dari kedua orang tuanya setelah puluhan tahun lamanya, kini terbayar lunas. Yap, dua pria kolega beserta istri masing-masing sudah bertemu dengan Alina dan Kaori.
"Firasat seorang ibu memang benar, kamu masih hidup, anakku Alina!" Seorang wanita dengan rambut pirang yang disanggul cantik, merupakan ibu kandung Alina memeluk anaknya itu erat-erat. Wanita tersebut bernama Claudia.
"Aku juga tidak menyangka bisa bertemu dengan kalian, Mama dan Papa!" Alina menatap bergantian orang tua kandungnya dengan perasaan bahagia yang sudah lama dia nantikan untuk hari ini.
"Kami senang kamu kembali lagi kepada kami, Sayang," Victor yang merupakan salah seorang kolega Kevin mengusap lembut pipi anak perempuannya itu.
Sedangkan di sisi satunya, Kaori sedang menangis bersama dengan kedua orang tuanya yang sudah lama menunggu hari-hari seperti ini. "Otou-san senang kamu baik-baik saja, Kaori-chan! Kamu pasti sudah melewati beberapa hal sulit selama ini." Hartono menangis sejadi-jadinya sembari memeluk anak gadisnya yang sudah tumbuh sebesar ini.
Nona Sumire, istri Hartono, dalam balutan kimononya juga ikut memeluk putrinya dengan erat. "Arigatou, Kaori-chan. Sudah mau bertahan selama ini," ucapnya dan mencium pipi anaknya dengan gemas.
Kaori tidak sanggup berkata-kata sehingga dia hanya menangis sejadi-jadinya. Akhirnya, kehangatan keluarga kandung yang selama ini dia impikan terwujud juga.
Entah kenapa, Gilang jadi ikutan emosional. Dia pun menyeka air mata harunya menggunakan lengan Kevin. Untuk saat ini, Kevin tidak terlalu menghiraukan salah satu bawahan sengkleknya itu. Victor dan Hartono pun menghampiri Kevin, dimulai dari Viktor. "Terima kasih banyak, Sir Kevin! Jika bukan karena kemurahan hati Anda, mungkin kami tidak akan pernah bertemu dengan anak-anak kami," Victor kemudian membungkuk hormat dengan topi yang diletakkan di depan dadanya.
"Itu benar! Sekali lagi terima kasih banyak, Tuan Kevin! Jika ada yang bisa kami lakukan untuk membalas budi kepada Tuan, katakan saja. Â Selama tidak memberatkan pihak sebelah kami akan menyanggupinya," kata Hartono yang diangguki oleh Viktor di sebelahnya.
Tiba-tiba dari arah belakang, Gilang dan Mba Dhea mendorong majikannya, membuatnya maju selangkah. "Ayo, buruan ngomong! Jangan ditunda-tunda terus!" desak Gilang yang diangguki oleh Mba Dhea.
"Iya, iya! Sabar dikit 'napa?" timpal Kevin.
Victor dan Hartono memersilakan Kevin mendekat ke arah Alina. Di hadapan Claudia, dia meminta waktu sejenak untuk berbincang dengan anaknya. Claudia sepertinya memahami apa yang akan terjadi, dia pun menyingkir sejenak untuk memberi ruang kepada mereka berdua. Sesaat, tenggorokan Kevin terasa kering. Â Namun, setelah mengumpulkan segala keberanian, dia pun berkata, "Alina, aku tidak tahu harus berkata apa ke kamu tapi ..."
Tiba-tiba Kevin berlutut di hadapan Alina, menawarkan cincin sederhana yang melambangkan awal baru mereka.
"Alina Margarete," katanya dengan senyum penuh harapan, "maukah kamu menjalin kasih cinta bersamaku?"
Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Alina saat ia mengangguk. "Ya, Kevin. Aku mau."
Sontak Gilang, Mba Dhea dan Kaori berteriak heboh mendengarnya. Gilang kegirangan meninju-ninju udara kosong, Mba Dhea dan Kaori yang saling berpelukan sembari berjingkrak-jingkrak. "Akhirnya, kapal kita berlayar juga!" kata mereka kompak.
Sedangkan para orang tua bertepuk tangan sebagai bentuk perayaan. "Bagaimana, Victor? Kau menginzinkan mereka menjalin asmara?" tanya Hartono.
Victor menghela napas pasrah. "Iya, aku mengizinkan Sir Kevin dan Alina menjalin kasih." Lampu hijau untuk mereka berdua, restu mertua!
"Oh, ayolah ... kalian ini ..." Kevin justru mengusap mukanya merasa malu, setelah dia memasukkan cincin tersebut ke jari manis Alina.
"Jadi, kapan kita ... menikah?" tanya Alina malu-malu.
Kevin tersenyum kepada Alina. "Setelah kamu lulus sarjana bersama Kaori. Atau tidak, setelah kamu merasa siap. Terserah padamu, karena aku akan setia menunggumu."
Jangan tanya keadaan Alina saat ini. Wajahnya sudah seperti tomat rebus, sampai ibunya tertawa geli melihatnya. "Apa, sih? Bikin salting aja," aku Alina sambil memukul pelan lengan Kevin.
Gilang, Mba Dhea, Kaori dengan kehadiran dua anggota baru yakni Victor dan Hartono, duduk di teras rumah. Menyimak percakapan mereka berdua sembari memakan popcorn masing-masing. "Oh iya, perihal ayah angkat Kaori sama Alina. Tuan-tuan sudah bertemu dengan kerabatnya?" tanya Gilang kepada mereka berdua.
"Tenang saja, berkat relasi dari Tuan Kevin, kami sudah menemui kerabatnya. Sebagai ucapan terima kasih, kami beri beberapa hak istimewa, salah satunya pelunasan hutang," terang Hartono kepada Gilang.
Gilang manggut-manggut, hingga tidak sadar berterima kasih kepada kemurahan hati mereka berdua, begitu juga dengan Kaori. Mereka pun kembali fokus dengan drama yang ada di depan.
"Kamu tahu Alina, aku merasa ada sesuatu di antara kita sejak pertemuan waktu itu. Aku juga awalnya tidak mau mengakui, tapi semakin lama perasaan itu semakin besar," kata Kevin.
Alina mengangkat satu alisnya. "Hm, apa itu?"
Kevin memandangi lekat-lekat wajah Alina. "Perasaan sukaku kepadamu."
Angin sepoi-sepoi menyibak rambut mereka berdua. Tidak lama kemudian, Alina tersenyum kepada Kevin. "Begitu juga denganku."
Pada hari itu, mereka semua merayakan momen hangat tersebut dengan makan-makan besar di dalam rumah Kevin. Â Â Â
-----Tamat------
Akhirnya, Di Antara Kita tamat juga! Terima kasih banyak kepada para pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita saya yang agak gaje dan cringe ini, wkwkwkwkw. Tanpa antusiasme dari kalian semua, mungkin ceritanya nggak akan sampai sebanyak ini. Pokoknya, makasih banget!
Apabila ada saran atau kritik yang ingin disampaikan untuk cerita ini, jangan ragu-ragu. Silakan kalian bisa tulis di kolom komentar. Pintu terbuka luas!
Ok, sekian dari saya. Apabila ada kesalahan penulisan kata atau adegan yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. See you in next story (hopefully) , and have a nice day!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H