Lengang. Air mata mulai membasahi pipi Alina layaknya sungai dengan arus yang deras. "Aku tarik kembali perkataanku kemarin. Aku kira kamu ikhlas menolong kami, tapi ternyata bakal dijual kembali. Aku khawatir denganmu yang selalu menjaga jarak dariku atau Kaori, tahu! Aku kecewa padamu, Kevin. Padahal aku kira sudah menemukan rumah kedua ..."
Kevin tertegun dengan ucapan Alina. Gadis putri duyung yang telah dibuatnya menangis tersedu-sedu, bahkan air matanya menetes sampai ke pipi Kevin.
Setelah itu, Alina melepas cengkeramannya dan melangkah keluar dengan cepat, disusul Kaori yang khawatir dengan keadannya. Gilang menghela napas gusar dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Â namun karena pusing dengan ulah temannya itu. "Beneran kamu mau gituin ke mereka? Kalau iya, parah banget sih," Gilang mengulurkan tangannya kepada Kevin dan dibalas oleh temannya itu.
"Sebenarnya nggak bakal kayak gitu, cuman, otak sama mulutku nggak sinkron tadi. Jadinya, malah melampiaskan kekesalan kayak gitu," elak Kevin apa adanya.
Sekali lagi Gilang menghela napas. "Cepat minta maaf ke mereka berdua, terutama Alina yang sudah kecewa berat sama kamu," kata Gilang sebelum meninggalkan Kevin seorang diri di ruang kerjanya yang sudah lama tidak terpakai.
                                                                ~~~~~
Sejak kejadian itu, keadaan rumah semakin canggung. Alina dan Kaori lebih banyak menghindar dari Kevin dan begitu juga sebaliknya. Kevin ingin meminta maaf, tetapi setumpuk kerjaan selalu menyita waktunya untuk mengajak mereka berdua berbincang. Mba Dhea yang sudah tahu permasalahan di antara mereka semua, memilih untuk tidak ikut campur karena di luar kendalinya. Dia hanya berpesan kepada Kevin yang kurang lebih sama dengan Gilang.
Karena itu juga, dia semakin banyak melamun hingga terkadang menghambat pekerjaanya kerena dipenuhi rasa bersalah yang besar. Dia memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kantornya, menghirup udara perkotaan yang sebenarnya agak berpolusi. Ketika melewati sebuah toko kue, dia memutuskan untuk mampir sejenak. Lonceng pintu berdering, menandakan seorang pelanggan yang datang berkunjung. "Selamat datang! Eh, Tuan Kevin ternyata!" Seorang pramusaji wanita terlihat senang begitu menyapa Kevin, salah seorang pelanggan setia toko kue tersebut.
"Halo, Kira! Aku ingin membeli ..." Kevin melihat sejenak ke arah etalase yang menyajikan aneka kue yang baik penampilan maupun rasanya menggugah selera. Lalu, pilihannya jatuh pada dua strawberry shortcake, dua kue sus dengan rasa coklat dan sebuah cromboloni yang berhiaskan lumuran saus cappuchino.
"Tuan Kevin sudah lama tidak ke sini, jadi saya kira Anda sudah berpaling ke toko kue lain," gurau Kira ketika sedang menghitung jumlah kue yang dibeli oleh Kevin.
Kevin tertawa kecil. "Mana mungkin, aku sudah jatuh cinta dengan toko ini! Sederhana, tapi instagrammable dan nyaman untuk lama-lama di sini," katanya yang disertai pujian tulus untuk sang pemilik langsung.