Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Di Antara Kita : Bagian Keempat

30 Desember 2024   16:16 Diperbarui: 30 Desember 2024   16:11 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pribadi

Kevin tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Mba. Saya maklumi, tapi lain kali kalau bisa mengabari dulu ya?"

Mba Dhea tersenyum sambil mengangguk kecil kepada Kevin. "Berarti, Non Alina dan Kaori budaknya Tuan Kevin?" tanyanya ragu-ragu sembari memandangi dua gadis tersebut.

"Tidak akan! Aku akan menganggap mereka sebagai anak angkat dan bukan budak," sergah Kevin cepat yang direspon oleh Mba Dhea dengan mengangguk-anggukan kepala. "Lagipula, aku dan Gilang belum tahu menahu tentang asal-usul mereka berdua ini. Kemarin malam, kita belum sempat membahasnya. Bisakah kalian ceritakan kronologinya?"

Memang, malam sebelumnya mereka hanya saling memerkenalkan diri setelah saling mengetahui bahasa masing-masing. Ternyata Kaori punya darah campuran Jepang-Indo sedangkan Alina Amerika-Indo. Karena sudah larut malam, mereka semua memutuskan untuk membicarakan semuanya besok. Alina dan Kaori pun tidur di kamar Mba Dhea untuk sementara waktu dengan menggunakan pakaian milik Mba Dhea yang sengaja ditinggal.

Alina pun berinisiatif untuk bercerita. "Awalnya, aku dan Kaori ingin mencari kehidupan baru yang layak di negara Australia. Karena tidak punya ongkos yang cukup, kami memutuskan untuk berenang dari Jakarta menuju tujuan Australia. Meninggalkan semuanya yang kami punya di apartemen mendiang ayah angkat kami," terangnya. Kaori menggenggam tangan Alina dan mengelus-elus punggung tangannya.

Kevin, Gilang dan Mba Dhea menatap iba mereka berdua. "Kami turut berduka cita mendengarnya," ungkap simpati Gilang.  "Silakan, dilanjutkan ceritanya," lanjutnya untuk memersilakan Alina melanjutkan cerita.

Alina mengangguk, kemudian kembali bercerita. "Ketika kami sedang beristirahat di sebuah pulau terpencil yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pulau Jawa, kami bertemu dengan tim pencari barang lelang dengan menaiki kapal yang cukup megah. Mereka mengajak berbicara kepada kami, namun kami memutuskan untuk bungkam. Mungkin karena habis kesabaran, mereka menangkap kami berdua dan dibawa ke tempat lelang tersebut. Sebelum kami ditempatkan di akuarium, sang pemandu memasang leher budak di leher kami lalu berkata, 'Semoga kalian terjual dengan harga yang cukup untuk menambal modal. Selama itu, kalian tinggallah di akuarium ini dengan menuruti S.E.M.U.A perintahku!,' dan tertawa dengan cukup keras sembari meninggalkan kami berdua, di dalam akuarium yang tidak terlalu besar bersama ikan-ikan peliharaan mereka. Kami takut, sangat takut, sambil terus berharap akan ada seseorang yang menyelamatkan kami berdua," terangnya sembari menahan air mata.

Kemudian, Alina menatap Kevin. "Di saat itulah, Tuan Kevin menyelamatkan kami. Tuan mau membeli kami dengan harga yang cukup mahal dan membawa kami ke sini, hingga kita bisa mengobrol seperti ini," katanya sambil tersenyum. "Terima kasih Tuan Kevin, terima kasih banyak sudah mau repot-repot menolong kami. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kami ditawarkan kepada orang jahat yang mau memanfaatkan kami demi kepentingan pribadi."

Kaori mendekap erat Alina yang menangis tersedu-sedu. Mereka berdua sama-sama menangis dalam dekapan masing-masing. Karena sebelumnya, mereka hanya punya satu sama lain.

Gilang dan Mba Dhea ikut menangis mendengarnya, ikut merasakan dan memahami apa yang mereka berdua alami. Sedangkan Kevin hanya menyimak dengan wajah datar. Setelah mereka berdua sudah merasa agak tenang, Kevin melontarkan pertanyaan, "Kalau begitu, apa kalian tahu di mana orang tua kandung masing-masing?"

Kaori mengusap air matanya dengan kasar. "Tidak tahu, karena menurut penuturan ayah, beliau menemukan kami berdua terbungkus oleh kain putih di dalam kardus makanan. Kemudian, kami diangkat menjadi anaknya beberapa hari setelahnya," terangnya dengan terisak-isak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun