Daisy mengiyakan dan mereka janjian bertemu kembali di depan gerbang sekolah. Mereka membeli buah-buahan segar dekat sekolah sebagai buah tangan, untuk menjenguk Darwis. Mereka pun memesan taksi online untuk selanjutnya diantar menuju rumah sakit tempat Darwis dirawat. Di dalam mobil, mereka berdua sangat khawatir dengan kondisi Darwis saat ini. Di dalam hati, Laura berdoa demi kesembuhan temannya itu. Â Â Â
Sesampainya di rumah sakit, mereka menuju meja resepsionis. Usai mendapatkan izin dari resepsionis rumah sakit, mereka pun diberi tahu nomor kamar Darwis dirawat. Melewati beberapa lorong dan belokan, mereka telah sampai dengan dahi peluh keringat. Sejenak mengumpulkan keberanian, Laura mulai membuka pintu kamar dengan hati-hati. Pertama kali yang menyambut mereka adalah suhu kamar yang langsung menusuk pori-pori kulit mereka karena suhu yang dingin.
Keduanya menahan napas ketika melihat Darwis berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan mata terpejam dan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya. Berjalan perlahan, mereka mendekati ranjang Darwis sambil menaruh keranjang buah di sebuah meja kecil di dekatnya. Beberapa menit dalam keheningan, Daisy beranjak berdiri untuk ke toilet sebentar.
Keajaiban datang. Perlahan tapi pasti, Darwis menggeliat sambil membuka kedua matanya. Begitu menoleh, dia mendapati Laura sedang duduk sambil memandangi pintu kamar. Sepertinya dia belum sadar kalau dirinya sudah siuman. Sekuat tenaga dia berusaha memanggil temannya itu. Â "Laura..." Darwis memanggilnya dengan suara yang lirih.
Laura yang menyadari ada sebuah suara yang memanggilnya langsung menolehkan kepala. Melihat Darwis yang sudah sadar dan tersenyum lemah kepadanya, tanpa sadar Laura mulai meneteskan air mata. Ada rasa senang sekaligus terharu di lubuk hatinya. Dia pun membalas senyuman Darwis sambil menangis haru. Tidak lama kemudian Daisy datang dan dia terkejut sekaligus bahagia karena melihat Darwis yang sudah sadar dari komanya. Mendapat kabar kalau Darwis sudah siuman dari koma oleh Laura, teman-teman kelas mereka satu persatu mulai berdatangan menjenguk. Ada yang membawa oleh-oleh dan juga ada yang hanya mendoakan supaya lekas sembuh.
Setelah semua teman mereka pulang, Darwis meminta kepada Daisy untuk keluar kamar karena dia ingin berbicara empat mata dengan Laura. Daisy mengiyakan lalu keluar dari ruangan. Setelah itu, Darwis berkata, "Laura, terima kasih banyak sudah mau menjengukku. Terus, aku juga mau minta maaf atas semua perbuatanku selama ini. Barangkali aku sikapnya nyebelin ke kamu," Darwis meminta maaf kepada Laura dengan penuh rasa bersalah.
Laura terdiam namun juga merasa tersanjung. Dia pun berkata, "Yah, aku sempat ada rasa benci ke kamu, sih. Kamu nyebelin soalnya," aku Laura. "Jadi, aku juga minta maaf barangkali sikapku selama ini ke kamu juga nyebelin," tambahnya sambil tersenyum.
Sejak saat itu mereka menjadi teman akrab dan mendukung satu sama lain dalam menggapai impian masing-masing. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H