apalah aku,
ketika kawan kawanku tumbuh penuh dekapan hangat dan cinta dari sosok bernama ibunda, aku menghempaskan tangan itu, karena alasan tak terbiasa.
apalah aku,
ketika semua orang merayakan harimu, aku bahkan terpisah jarak darimu, tiada di sisimu.
apalah aku,
ketika sosok bernama ibunda menjadi teman setia, aku bahkan tak mampu walau hanya menyapa, lalu berbisik "aku sayang bunda"
apalah aku,
ketika sebayaku berlomba lomba menyombongkan wanita tercinta mereka, aku bahkan hanya ingin menawarkan diri sebagai jasa potretnya.
maafkan dan terimakasih bunda...
aku tak seharusnya menepis belaianmu, dan engkau tak seharusnya masih tersenyum padaku... Tapi itulah pesonamu...
aku tak seharusnya menghardikmu, dan engkau tak seharusnya mempedulikanku... Tapi itulah kekuatan nuranimu...
bunda, aku masih putrimu yang berharga kan??
lancang, tapi aku harap aku masih permatamu...
Â
suatu hari, ketika kau merasa dunia akan runtuh. Panggil namaku bunda, ketika itu aku akan menjadi orang pertama yang datang dan mengulurkan tanganku dengan segenggam sayangku yang tertanam selama ini.
saranghae eomma...
ana uhibbukum fillahi ya ummi...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H