DEAR READER, PLEASE SUPPORT MY WRITING BY CLICK HERE. THANKS
Berawal dari mulai intensifnya saya membaca pelbagai informasi dan perihal yang berkaitan dengan DKI Jakarta pada saat ini, atensi saya seketika berlabuh kepada salah satu mantan Gubernur DKI Jakarta bernama Bapak Ali Sadikin. Beliau merupakan seorang yang begitu disanjung oleh khalayak masyarakat dan bahkan Presiden Soekarno pada masanya karena watak, pribadi, prestasi, hingga kontroversi dari beberapa kebijakannya selama menaungi posisi tertinggi kepimpinan di Jakarta.
Jika menurut kamu Bapak Basuki Tjahaya Purnama alias Pak Ahok adalah sosok Gubernur satu-satunya bagi DKI Jakarta yang setidaknya paling garang dan tegas dalm setiap pengambilan keputusan, maka kamu perlu berkenalan dengan sosok Pak Ali di dalam tulisan ini. Oleh sebab itu, Yuk mari kita mengupas "Tidak Tuntas" tentang perfeksi beliau menata Kota Jakarta pada masanya.
Ali Sadikin di Lantik oleh Bapak Ir. Soekarno (Sumber: https://www.liputan6.com)
Bapak Ali Sadikin yang lahir di Sumedang pada tanggal 7 Juli 1927 ini merupakan seorang Gubernur DKI Jakarta pertama yang di "pilih" dan dilantik langsung oleh Bapak Soekarno. Ketegasan serta keberanian belaiu yang termanifestasi semenjak di ranah kemiliteran (dimana Bang Ali merupakan Purnawiraman Letnan Jenderal KKO), telah memenuhi standar bagi Pak Soekarno untuk membaiatnya menjadi Gubernur DKI Jakarta selama periode 1966--1977 & 1977--1981.
Semasa beliau menjabat sebagai gubernur, sungguh banyak sekali kebijakan yang telah beliau ciptakan dalam meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi DKI Jakarta. Sebut saja Museum Fatahilah, Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, Taman Ria Monas, Taman Impian Jaya Ancol, dan Taman Ria Remaja adalah segelintir kecil contoh pembangunan yang di prakarsai oleh beliau.
Selain itu, memberikan perhatian kepada kota satelit yaitu Kota Pluit di Jakarta Utara juga merupakan buah pemikiran beliau untuk DKI Jakarta, teman. Dari sini saja kita dapat menilai bagaimana pembangunan yang beliau cetuskan sangatlah strategis untuk menghidupkan nafas perekonomian di DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia.
Lebih dari itu, kemajuan infrastruktur untuk bidang transportasi adalah hal yang tidak perlu diragukan lagi di tangan dingin Bang Ali dengan mencetuskan berbagai jenis moda transportasi umum baru yang urung dari perhatian pembangunan sebelumnya.
Di bidang pendidikan, menurut Ibu Sylviana Murni selaku mantan Walikota Jakarta Pusat dan juga None Jakarta pada tahun 1981, Bapak Ali Sadikin berhasil membangjn lebih dari 1000 sekolah, serta aktivitas pemugaran 1000 sekolah lainnya sebagai wujud kepedulian beliau terhadap dunia pendidikan. Tidak berhenti disitu, Bang Ali juga menggelontorkan sejumlah dana beasiswa untuk anak-anak asli Betawi dalam mengenyam pendidikan.Â
Tidak hanya dalam bidang pembangunan dan infrastruktur saja, Bang Ali juga secara taktis mencoba untuk meremajakan dan mengangkat kebudayaan Betawi pada kalanya dengan menginisiasi pembuatan event tahunan Pekan Raya Jakarta (PRJ), menjadikan Condet sebagai daerah Cagar Budaya Betawi pada masanya, memberi panggung berkarya selebar-lebarnya bagi seni pertunjukan Ondel-Ondel, Topeng Betawi, Gambang Kromong, dan sebagianya, serta secara kreatif (out of the bosx) memerintahkan adanga pagelaran pemilihan Abang None Jakarta sebagai duta, icon, atau wajah DKI Jakarta dengan kebudayaan Betawinya.
Sungguh kemampuan Leadership yang tidak dapat disetarakan bagi rata-rata orang normal jika kamu menelaah lebih segala kebijakan --- kebijakan berimbang yang di buatnya bagi Jakarta dari sumber lainnya.
Akan tetapi, terlepas dari semua kebijakan luar biasa yang sudah dijabarkan sebelumnya, terdapat beberapa kebijakan luar biasa bagi perekonomian Jakarta lain yang ditalunya, namun bernadakan kontroversi jika didengar dari sisi tertentunya. Yaa, Bang Ali merupakan Gubernur Jakarta pertama yang melegalkan bisnis judi (casino) di beberapa tempat tertentu, dan lokalisasi bisnis prostitusi di Kramat Tunggak, Jakarta Utara sebesar 10 ha.
Bukan dengan hasrat dan tanpa sebab serta hati miris Bang Ali membuat kebijakan tersebut, namun bagi dia ini lebih dilandaskan oleh urgensi kebutuhan DKI Jakarta akan pemasukan. DKI Jakarta sangat kritis perekonomiannya pada kala itu dan Bang Ali menaruh harapan kepada pemasukan pajak dari bisnis-bisnis tersebut untuk dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan perekonomian, infrastruktur, transportasi, pendidikan, dan lainnya.
Alhasil, berdasarkan data yang ada, pelegalan dari bisnis-bisnis kontroversi tersebut membuat Jakarta mampu meningkatkan pemasukannya hingga mencapai Rp 40 Miliar / tahun, di eranya, yang pada saat pertama kali beliau menjabat sebagai Gubernur, pemasukan DKI Jakarta hanya Rp 66 Juta/ Tahun (28 April 1966).
Sungguh kebijakan yang sangat berani tentunya dikala itu dengan segala konsekuensi hingga cacian yang menyertainya, namun tetap ditelannya sebagai bentuk pengabdian diri untuk kepentingan masyarakat DKI Jakarta. Baginya, urusan dia dan Tuhan-lah di akhirat nanti tentang segala kebijakan kontroversinya dan jika nantinya ia boleh berpendapat, maka beliau akan katakan bahwa semuanya itu di lakukan bagi sesuap pengidupan jiwa manusia yang bertempat tinggal di Jakarta.
Nah Bagiamana menurut kamu megenai tindak-tanduk beliau selama menjadi Gubernur DKI Jakarta? Apakah dia mampu mengejewantahkan nilai-nilai mulia sebagai seorang Gubernur? Itu terserah kamu dan pendapatmu karena yang jelas, DKI Jakarta hingga sekarang bisa hidup karena sumbangan-sumbanganbesar dari beliau. Tulisan ini pun tidak bisa menelanjangi keseluruhan yang beliau perbuat dan miliki selama mengurusi DKI Jakarta. Maka dari itu tugas kamulah untuk mengetahuinya lebih dalam dan menilainya seobjektif mungkin, kawan.
Nahh, tunggu kisah tokoh nasional lain di artikel berikutnya yaa.
Terima Kasih
Source: Wikipedia, Tirto, Boombastis, Kompas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H